Rabu, 20 November 2013

Pheter C Blsut ( Pheter Cannon Blsut), title : " Mountain ", size : 115 cm x 78 cm, oil on canvas, Price 60.000.000,- ( Enam puluh juta rupiah ) Sold / Terjual

Pheter C Blsut ( Pheter Cannon Blsut ) pelukis bercharacter serta bertangan dingin sehingga karya karyanya menjadi indah dan di sukai oleh para penggemar lukisan di berbagai negara.
Lukisan ini dengan teknik Naturalis / Realist menggambarkan pegunungan di Pulau Jawa dengan di lalui awan dan di bawahnya ada danau dan tumbuh tumbuhan yang hijau, dan sangat bagus sekali.
Sewaktu di Bali, Bung Karno pernah melihat karya nya Pheter C Blsut dan Bung Karno menyukai karyanya, hanya saja tidak di ketahui apakah Bung Karno membeli karya nya.
Sewaktu di Indonesia Pheter C blsut juga berkawan dengan Basuki Abdullah, Wakidi, Salim, Jayeng Asmoro ( Djayeng Asmara ), Wakijan, Barli, Affandi dan pelukis Indonesia lainnya.



D Van Russel Old Master ( Dannish Van Russel 1889-1975 ), Bali View, size 80 x 60 cm, oil on canvas Rp. 20 jt-( sold)

D Van Russel  ( Dannish Van Russel ), pelukis yg eropa sering ke Indonesia dan negara negara negara Asia lainnya serta ke negara Afrika. Karya karya nya banyak di koleksi oleh tokoh tokoh penting dan para kolektor dalam dan luar negeri. D Van Russel juga mempunyai murid yg saat ini menjadi pelukis terkenal antara lain : Joe Bel Van Dezk, M Tamjid, M Toha, GA Kadir dll.
Sebagai pelukis Old Master maka Goresannya sdh tidak di ragukan lagi, Sewaktu di Indonesia dia juga bersahabat  dgn pelukis pelukis terkenal Indonesia lainnya spt Isaak Israel, Stuart weny, B Bridge Van Dezk, Qedzu de Britoz, Antonio Blanco, Mark Paul Van Hove, Walter Spies dll.
Lukisan karya D Van Russel Old Master ( Dannish Van Russel 1889-1975 ) . Seperti pelukis eropa pada umumnya mereka menyukai gaya lukisan impresionist atau realist namun D Van Russel  ( Dannish Van Russel ) pernah melukis dengan gaya bali seperti gaya pelukis Walters Spies, Saat ini lukisan karya D Van Russel  ( Dannish Van Russel ) cukup langka dan untuk ukuran yang lebih besar harganya cukup mahal bahkan bisa ratusan juta.

The Maestro SIEW HOCK MENG Born 3 April 1942, Malaysia, title: Dancer, size 50 cm x 50 cm Price $ 6000 ( Rp.60 jt,- ) Sold / Terjual

SIEW HOCK MENG Born 3 April 1942, Malaysia, is on of Maestro in Asia.

960-61 Nanyang Academy of Fine Arts, Singapore


One-Man Exhibitions
1980,82,84 Apollo Art Gallery, Taipei, Taiwan
1986 Avant Garde Art Gallery, Taichung, Taiwan
1987 Long Chuan Art Gallery, Xaishiung, Taiwan
1988 Apollo Art Gallery, Taipei, Taiwan
2004 Paintings/Tellings: Siew Hock Meng's First Solo Exhibition, Art Retreat, Singapore
2004 The Art of Siew Hock Meng, National Art Museum of China, Beijing, China
2008 MICA Building, Singapore
2010 National Dr. Sun Yat-Sen Memorial Hall, Taipei


Group Exhibitions
1976 Ten Local Artists, Grace Art Gallery, Singapore
1979 Three Singapore Artists, Hong Kong Auditorium, Hong Kong
1987 Three-Man Exhibition, Indonesia Art Gallery, Jakarta, Indonesia
1989 Twenty Singapore Artists for New York Art Expo Exhibition, Jacob K. Javits Convention Center, New York, USA


Awards
1977 National Day Medal for Fine Arts, Singapore
1981,84 Award for Visual Arts Creation, Nanyang Academy of Fine Arts Alumni Association, Singapore
2008





 
Awarded the patent for Artrule


example price of siew hok meng painting :

© Copyright Larasati

" Seated Balinese Man " | Siew Hock Meng (1942)

Category : PaintingMedium/Materials : pastels on paperDimensions(l,b,d) : 63 x 47 cm  

Traditional, Modern & Contemporary Art (Auction)

Status : SoldEstimate :SGD 8,000 to 11,000 / USD 6,290 to 8,660Price (including Buyer's Premium) :SGD 9,760 / USD 7,819Lot No :041Event Country : SingaporeEvent Location : SingaporeEvent Date : 28 Jul, 2012Organizer :Larasati Auctions  Provenance : Anonymous sale, Christie's Singapore, 3 October 1999Description :signed and dated (lower left) - See more at: http://www.myarttracker.com/node/379579/artworks/by-artist/Siew-Hock-Meng#sthash.fg2X8n3h.dpuf
 " Seated Balinese Man " pastel on paper, | Siew Hock Meng (1942) 53 x 47 cm, Sold in Christie Auction  Singapura $ 7819 ( +/- Rp 79 jt,- )

" Sleeping Nudes " | Siew Hock Meng (1942)

Category : PaintingMedium/Materials : Oil on canvasDimensions(l,b,d) : 60 x 76 cm - See more at: http://www.myarttracker.com/node/379579/artworks/by-artist/Siew-Hock-Meng#sthash.ZTz30cxC.dpuf
 " Sleeping Nudes " | Siew Hock Meng (1942)  60 x 76 cm, oil on canvas, sold in Christie Auction Singapura $ 9355 ( +/- Rp 93 jt,- )
Category : PaintingMedium/Materials : Oil on canvasDimensions(l,b,d) : 60 x 76 cm - See more at: http://www.myarttracker.com/node/379579/artworks/by-artist/Siew-Hock-Meng#sthash.ZTz30cxC.dpuf

 
Category : PaintingMedium/Materials : pastels on paperDimensions(l,b,d) : 63 x 47 cm - See more at: http://www.myarttracker.com/node/379579/artworks/by-artist/Siew-Hock-Meng#sthash.fg2X8n3h.dpuf

Sabtu, 19 Oktober 2013

Sudjono Abdullah ( S Abdullah ) / Old Master, Judul : Pemandangan Pegunungan, ukuran 140 cm x 75 cm,harga Rp.30jt,- kondisi :Mulus dan terawat, Sold / terjual

S Abdullah ( Sudjono Abdullah ) pelukis Old Master Indonesia yg Lahir di Yogyakarta, 31 Agustus 1911 dan meninggal tahun 1991, dia  merupakan anak dari pelukis Maestro Indonesia Abdullah Suryosubroto   ( Abdullah SR ) dimana selain S Abdullah, pelukis Maestro   Abdullah Suryosubroto   ( Abdullah SR ) memiliki seoarng anak lagi yg juga menjadi pelukis old master dan juga Maestro yaitu Basuki Abdullah.
Lukisan S Abdullah adalah salah satu lukisan yg wajib di koleksi oleh pencinta lukisan dan karya karya nya  di koleksi oleh tokoh tokoh penting di dalam negeri bahkan di luar negeri juga di buru serta di koleksi oleh kolektor kolektor papan atas dalam dan luar negeri.

Saiman Dullah ( Saiman DH ) / Old Master, judul : Pemandangan Alam, size 140 x 90 cm, oil on canvas, harga Rp.32.500.000,- ( Sold/terjual )

Saiman Dullah atau sering di sebut Saiman DH adalah pelukis Old Master Indonesia yg mempunyai goresan yg bagus sekali.
Karya karya nya banyak di koleksi oleh pejabat pejabat. tokoh tokoh, kolektor kolektor dalam dan luar negeri.
Saiman Dullah adalah pelukis aliran naturalist / realist yg hidup sezaman pelukis old master lainnya spt dgn Basuki Abdullah, S Abdullah, R Hady, Otto Djaya, Agus Djaya, affandi, S Sudjojono, hendra gunawan, soeboer doellah, henk ngantung, djayeng asmara ( djayeng asmoro ), Trubus Soedarsono, M Tamjid, M Thoha ( M Thaha ), Lek Wo, Dullah, popo iskandar, angkama, s kerton, barli, antonio blanco, bb van deehk ( B Bridge Van Deehk ), kedzu de britoz ( Qedzu de Britoz), arie smith, lee mayeur dll
Saiman DH pernah lama menetap di Bali, sewaktu di Bali beliau sempat mendapat kan arahan atau sedikit bimbingan melukis dari pelukis Maestro Mark Paul Van Hove ( M Paul Van Hove).
Lukisan karya Saiman Dullah di perkirakan akan melonjak tinggi sekali beberapa tahun kemudian.

Jumat, 30 Agustus 2013

Tho Cretzo, ( Master Painter), title : Old Man Standing, size : 120 x 80 cm, Rp.17.500.000,- ( Sold/terjual )

Pelukis Master yang satu ini masih hidup, namun sdh tidak di ketahui keberadaannya, apakah masih di Indonesia atau sdh di luar negeri. Karya karyanya sangat luar biasa bagus sekali dan indah di pandang serta banyak di koleksi oleh para kolektor kolektor, pejabat pejabat, tokoh tokoh  bahkan  keluarga Presiden.
Tho Cretzo dapat melukis dengan berbagai teknik lukisan namun dia lebih sering memakai teknik Impresionist dan goresannya sangat impresif dengan permainan warna yang bagus sekali.
Tho Cretzo melukis dengan teknik Impresionist, perkenalannya dengan beberapa pelukis asal China yg pernah di Indonesia spt Tan Koen Tjong, Siaw Tik Wie, Lim Wa Sim, Liem Siaw Chiang, Lee Man Fong dll membuat Tho Cretzo terkadang di beberapa lukisannya melukis dengan gaya China tetapi hanya sebagian kecil saja dari l;ukisannya bergaya China selebihnya Tho Cretzo memilih teknik Impresionist utk di goreskan di atas Kanvas. 
Lukisan karya Tho Cretzo ini agak sedikit rusak dan perlu perbaikan sedikit tapi bukan di object lukisan,


Contact: celotehselordeh@gmail.com

Amos Setyo Budiono ( Old Master ), Title : Flower, oil on canvas, size : 80 x 60 cm, kondisi sdh agak sedikit rusak perlu sedikit perbaikan, Rp.15.000.000,- ( Sold/terjual )

Tidak asing lagi nama Pelukis terkenal yang satu ini Amos Setyo Budiono ( Budiono ) adalah anggota kelompok   para pelukis old master yaitu Himpunan Budaya Surakarta (HBS), dia sdh almarhum namun karya karya nya tetap di cari cari oleh para kolektor, dan saat ini sdh jarang sekali bisa mendapat karya karya nya.
Karya karya sering terjual dengan harga cukup mahal sampai ratusan juta dalam setiap pameran lukisan, namun dengan rendah hati dia selalu mengatakan harga lukisan itu relatif saja.
Di waktu dia masih hidup Amos Setyo budiono adalah pelukis yang sering menolong para seniman lainnya sehingga para seniman banyak yang menghormati dia.

contact : celotehselordeh@gmail.com

Kamis, 22 Agustus 2013

M TOHA ( M Thaha ) Old Master, title : perahu perahu, size 80 x 70 cm , Rp.12.500.000,- ( SOLD / Terjual )

M Toha ( M Thaha ), pelukis old master Indonesia ( Legenda) yg karya karyanya banyak di koleksi oleh Tokoh tokoh/ pejabat pejabat juga kolektor kolektor lukisan dalam dan luar negeri.
Kedekatannya terhadap pelukis pelukis seangkatannya  yg juga sesama pelukis Legenda Indonesia membuat mereka saling tolong menolong, seperti ketika M Toha ( M Thaha ) menolong pelukis Maestro Trubus Soedarsono sewaktu  Trubus Soedarsono di kejar kejar oleh karena peristiwa politik di  tahun 60 an bahkan Trubus sempat tidur di rumah M Toha dan sempat melukis bersama dgn M Toha dalam satu Kanvas.
M Toha pernah belajar lukis dari pelukis Eropa yg pernah datang ke Indonesia Dannish Van Russel ( D Van Russel ).


Senin, 19 Agustus 2013

Pelukis/Painter : Hanafi,( Master ) yg msh hidup, judul : pemandangan laut dan nelayan, Size : 70 x 60 cm, harga Rp. 12.500.000,- ( Sold / sdh terjual ).

Hanafi sering pula memakai nama Harlim di setiap lukisannya.
Hanafi adalah pelukis Master Indonesia yg msh hidup dan sehat.
Karya karyanya di koleksi oleh tokoh 2/pejabat 2, bussinesman, kolektor kolektor lukisan dalam dan luar negeri. Berbagai penghargaan dalam dan luar negeri dia peroleh sebagai pelukis Old Master Indonesia.
Jika di masa lalu Hanafi sering / fokus melukis dgn gaya Naturalis ataupun dgn gaya  dekoratif  namun saat ini Hanafi lebih sering dan fokus melukis dengan gaya Abstrak.

 Para kolektor di seluruh dunia termasuk di Indonesia biasanya memburu ( Hunting ) untuk membeli karya karya  lukisan dari pelukis terkenal.
Kategori pelukis terkenal di bagi beberapa bagian antara lain :
1.Pelukis  Old Master yg sdh meningal ataupun yg msh sdh meninggal atau pun yg msh hidup
   Pelukis Old Master ( usia di atas 60 thn ) yg msh hidup al : 
   Arie Smith, Men Sagan, B Rosar, Joko Pekik, Srihadi,  Adam Lay,Kartika Affandi, Mas Tot, Ippe Mar"uf, Moses Misdy, Srihady, Maria Tjui, Yusuf Hasim, Wayan Pengsong, Nyoman Goenarsa, dll, mungkin pelukis Old Master yg masih hidup yang tersisa 25 orang saja, itupun usia mereka sdh tua bahkan Arie Smith sdh berusia 99 tahun.

2. Pelukis Master yg msh hidup ( usia 45 sd 60 thn ) yaitu :  Hanafi atau Harlim, Dede Erie Supria, JP Laa Manroe, Arifien Neif, Heri Dim, JB Iwan Sulistyo, Deki De Jong, Heri Dono, Erica dan lain lainnya.  

3. Young Master  ( Kategori Usia 20 s/d 45 thn ) yaitu : Pardoly Fadli dll.



 

G A KADIR ( Old Master ), size 90 x 60 cm, judul : angon Kebo, Price 12.000.000,- ( SOLD / Terjual )

( Alm) GA Kadir pelukis Old Master Indonesia yang lama tinggal di Bogor.
GA Kadir terkenal dengan lukisan pohon flamboyan nya namun dia ahli dlm  melukis object apa saja seperti burung, ayam, kuda, Kerbau, pemandangan, wajah/figure dll.
GA kadir seangkatan dan sezaman dengan Basuki Abdullah, S Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan, Barli, Popo Iskandar, Henk Ngantung, Otto Djaya, Hasim, M Toha ( M  Thaha), Trubus, M Tamdjidin ( M Tamdjid )  dll. Karya karya nya di koleksi oleh tokoh 2/ pejabat 2 , kolektor lukisan dalam dan luar negeri.
GA Kadir pernah menimba ilmu lukis ke D Van Russel ( Dannish Van Russel ).

Minggu, 18 Agustus 2013

Gerard Pieter Adolfs ( Maestro / Old Master ), title : suasana gembira di desa, size 54 x 45 cm, oil on hardboard, Price Rp. 75.000.000,- ( sold )

Gerard Pieter Adolfs salah satu Maestro Pelukis Asing yang pernah lahir di semarang 2 januari 1897, kemudian berangkat ke Belanda dan balik lagi ke Indonesia dan tinggal lama di Indonesia, namun meninggal di Belanda tahun 1968.Dalam setiap lukisan karyanya dia menandatangani dengan tanda "Ger.P. Adolfs, atau  atau Adolfs.
Karya karya nya menjadi koleksi wajib para kolektor papan atas dalam dan luar negeri.
Gerard Pieter adolfs adalah pelukis aliran Impresionist  dengan teknik yang sangat bagus sekali sehingga menjadi acuan pelukis pelukis Indonesia tempo dulu untuk melukis teknik Impresionist.
Sewaktu di Indonesia Adolfs mempuyai murid dalam hal melukis yaitu pelukis Koempoel Soejatno, Agoes Soebandi dll dan para murid nya saat ini pun sudah menjadi pelukis papan atas di Indonesia.
Karya karyanya tembus di semua perdagangan Lelang Barang Seni di dalam dan luar negeri.
Seperti pelukis pelukis asing yang pernah tinggal di Indonesia,  Adolf pun beberapa kali datang ke Indonesia, dia pernah ke Bali, Malang, Surabaya, Jawa tengah, Sumatera dll.  

Sabtu, 17 Agustus 2013

KEDZU De Britoz ( Qedzu De Britoz ) , Patung, title : Mother , Rp. 17.500.000,-

Kedzu De Britoz ( Qedzu de britoz) atau di singkat K De Britoz adalah Old Master Artist dan  kali ini menampilkan karya seni nya yang berbentuk Patung yang di beri judul : Mother.
Teknik ukir patung karyanya sangat luar biasa baik dan halus.
Memang Kedzu De Britoz selain dia seorang pelukis juga seorang pemahat ( pembuat patung ) yang sangat handal.
Karya karya nya di koleksi oleh tokoh 2 / pejabat , kolektor kolektor dalam dan luar negeri. 
Kedzu pernah datang beberapa kali ke Indonesia.

Painter : Deki De Jong: Title : dua lembar lukisan judul Dancer , acrylic on paper, kedua lukisan ini berukuran sama 39 x 51 cm, Price Rp. 7.000.000,-

Deki De Jong pelukis yang memiliki teknik sangat luar biasa bagus sekali, lukisan karya karyanya banyak di koleksi oleh para pejabat/tokoh maupun kolektor dalam dan luar negeri.
Deki de jong sangat lepas dalam melukis dan benar benar fokus memberikan goresan yang tajam agar dapat memberikan makna yang berarti, spontanitas dalam setiap goresannya terlihat mantab dan akurat sekali.
Seperti Pelukis Master lainnya, maka Deki De Jong pun sangat ahli melukis dalam berbagai teknik seperti impresionist, expresionist, realist/naturalis, surealisme dll., namun dia sebenarnya lebih fokus melukis dalam teknik impresionist.
Lukisan nya kali ini memang agak berbeda dimana dia menggambarkan penari yang sedang menari dalam tingkat kesulitan yang tinggi namun sang penari mampu melakukannya dengan sempurna, untuk terlihat sempurna seperti lukisan ini memang di butuhkan pelukis pelukis yang sudah sangat matang dalam melukis dan Deki De Jong mampu melakukannya dengan sangat baik sehingga kita yang melihat lukisan ini menjadi lebur di dalam penghayatan di mana sang penari sedang menari dengan lincah, tanpa beban dan sempurna.

Painter : JP Laa Manroe, ukuran : 50 cm x 40 cm, oil on canvas , Title : Homage to Someone Maestro, Price Rp.10.000.000,- ( Sold /terjual)



JP Laa Manroe adalah pelukis Indonesia.
Ada beberapa Kategori master (pelukis terkenal ) di dunia yg juga berlaku di Indonesia yaitu Old Master Painter, Master dan  Young Master Painter , kategori berdasarkan pemetaan dari sisi usia.
JP Laa Manroe di era 80  sd 90 adalah pelukis muda yang cukup terkenal di samping seorang seniman, dia juga seorang aktifis muda pengagum Bung Karno dan mantan pimpinan ormas ormas beraliran Nasionalist ke Pemuda an di tahun 90 an.




 Para kolektor di seluruh dunia termasuk di Indonesia biasanya memburu ( Hunting ) untuk membeli karya karya  lukisan dari pelukis terkenal.
Kategori pelukis terkenal di bagi beberapa bagian antara lain :
1).Pelukis  Old Master yg sdh meningal ataupun yg msh sdh meninggal atau pun yg msh hidup
   Pelukis Old Master ( usia di atas 60 thn ) yg msh hidup al : 
   Arie Smith, Men Sagan, B Rosar, Joko Pekik, Srihadi,  Adam Lay,Kartika Affandi, Mas Tot, Ippe Mar"uf, Moses Misdy, Srihady, Maria Tjui, Agus Kemas, Yusuf Hasim, Wayan Pengsong, Nyoman Goenarsa, dll, mungkin pelukis Old Master yg masih hidup yang tersisa 25 orang saja, itupun usia mereka sdh tua bahkan Arie Smith sdh berusia 99 tahun.

2). Pelukis Master atau old master yg msh hidup ( usia 45 sd 60 thn ) yaitu :  Hanafi atau Harlim, Made Djirna,  Dede Erie Supria, JP Laa Manroe, Awiki, F Daru, Arifien Neif, Heri Dim, JB Iwan Sulistyo, Deki De Jong, Heri Dono, Erica, dan lain lainnya.  

3). Young Master  ( Kategori Usia 20 s/d 45 thn ) yaitu : Pardoly Fadli dll.

Lukisan JP Laa Manroe  kali ini menggambarkan seorang wanita muda yang energik, elegant dengan sukacita namun dalam pandangan matanya dia memandang sesuatu dengan fokus, penuh perhatian namun selalu dalam kehati hatian. 
Lukisan JP Laa Manroe ini sangat indah, terasa hidup dan nyata dengan memakai teknik realisme dengan sentuhan character dan ciri khas nya yang bagus sekali kemudian di padu permainan warna warna yang sangat soft namun terasa menyatu dalam goresan lukisannya ....benar benar  sangat cemerlang serta terasa benar goresan di Level pelukis Master / Maestro sangat bermutu tinggi dan layak untuk di koleksi para kolektor sejati.   
Karya karya JP Laa Manroe banyak di koleksi oleh berbagai kalangan dalam dan luar negeri seperti Pejabat/ Tokoh2, kolektor Lukisan, Mahasiswa, pengamat seni,  akademisi dll.

JP Laa Manroe dapat melukis melukis dengan berbagai teknik spt Kubisme, realisme/naturalisme, impresionistme, surealisme dll, namun dia lebih fokus ke arah Post Kontemporer Kontemplatif dengan explorer yang tinggi dan akurat.
Seperti yang sudah di jelaskan di atas dalam setiap Lukisannya, terdapat ruang Philosophy yang mendalam dan JP Laa Manroe sangat ahli memanfaatkan ruang dan dimensi, diagonal serta sangat cemerlang sekali dalam memainkan kombinasi warna warna .
JP Laa Manroe mempunyai teknik, ciri dan charakter lukisan yang tidak di miliki pelukis lain. 

Harga Karya JP Laa Manroe saat ini bervariasi tergantung ukuran besar kecilnya media nya spt ukuran kanvas nya, kertas,  dan juga tergantung object nya dan terkadang juga tergantung moment moment nya, namun biasanya harga karya nya antara Rp.3,5 jt,- sd Rp.250 jt,- walaupun beberapa kali sering terjual di angka Rp. 150 Jt,-.dan di angka Rp 200 juta rupiah,-.

Penghargaan / award senirupa pernah di perolehnya dari dalam dan Luar Negeri.

Exhibition :   Solo exhibition in 2005 by Marhaenis Forum Group, Jakarta.
                       Solo exhibition in 2006     Jakarta, by IEBI with Inaguration


 contact :celotehselordeh@gmail.com

" Music can change the World " ( on Paper ), Painter : JP Laa Manroe, title, size 40 x 30 cm, Rp. 3.500.000,-

JP Laa Manroe adalah pelukis yang mempunyai teknik lukis yg  bagus sekali dan unik  ( Master ).
Lukisannya kali ini menggambarkan bahwa music yang di mainkan dengan cemerlang dan brilliant dgn berbagai aspek didalammya nya dapat mengubah pikiran, jiwa, character bahkan dapat mengubah dunia.  
Karya karya JP Laa Manroe banyak di koleksi oleh berbagai kalangan dalam dan luar negeri seperti Pejabat/ Tokoh2, kolektor Lukisan, Mahasiswa, pengamat seni,  akademisi dll
JP Laa Manroe dapat melukis melukis dengan berbagai teknik spt Kubisme, realisme/naturalisme, impresionistme, surealisme dll, namun dia lebih fokus ke arah Post Kontemporer Kontemplatif dengan explorer yang tinggi dan akurat.
Dalam setiap Lukisannya, terdapat ruang Philosophy yang mendalam dan JP Laa Manroe sangat ahli memanfaatkan ruang dan dimensi, diagonal serta sangat cemerlang sekali dalam memainkan kombinasi warna warna namun kali ini dia melukis di atas kertas dengan gaya hitam putih yang murni.
JP Laa Manroe mempunyai teknik, ciri dan charakter lukisan yang tidak di miliki pelukis lain. 
Tandatangan dalam karya lukisannya sering dia membubuhkan nama JP Laa Manroe  atau Jodek Company,  Jodeks Company, ataupun Jodex Company atau Jong Patria Laa Manroe.

Kami mencari informasi ttg JP LAA MANROE, namun dari informasi yg di dapat dari rekan rekan seniman bahwa saat ini dia sdh Jarang MELUKIS, padahal di sekitar tahun 85 atau tahun 95 an, dia adalah salah satu pelukis muda yg cukup punya nama  dengan ide ide briliant yg tertuang di atas kanvas, di era tahun 85  atau 95 masih sangat jarang para pelukis membuat lukisan Kontemporer karena takut tidak laku alias tidak bisa di jual namun JP Laa Manroe berani melawan arus dgn melukis dengan teknik atau gaya kontemporer dan dia melakukannya dgn sangat baik, dan aliran atau gayanya di sebut kontemporer kontemplatif.  Oleh karena keberaniannya, keunikan, keanehan dan terobosan serta teknik lukisannya yang sangat bagus sekali di era tahun 85 sd 95 an,  karya Karya nya banyak di sukai dan di buru berbagai kalangan dalam dan luar negeri, namun karena dia juga pengagum berat Bung Karno, juga mempunyai kegiatan bidang lain dan juga dia seorang aktifis aliran nasionalist membuat dia jarang melukis, itu sebabnya saat ini agak sulit mendapatkan lukisan karya karya nya.

Harga Karya JP Laa Manroe saat ini bervariasi tergantung ukuran besar kecilnya media nya spt ukuran kanvas nya, kertas,  dan juga tergantung object nya dan terkadang juga tergantung moment moment nya, namun biasanya harga karya nya antara Rp.3,5 jt,- sd Rp.100 jt,-namun bisa juga di atas harga itu, semuanya " relatif " tergantung banyak hal yg membuat harga lukisan menjadi lebih tinggi harganya.


Penghargaan yang pernah di raih JP Laa Manroe, antara lain :
 -Penghargaan dari IEBI Tilburg-Netherlands tahun 2001
- Pelukis Terbaik ( Best Painter ) pilihan pembaca dari DPN AWDI (Dewan Pertimbangan Nasional  Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia ) thn 2003.
- Dan Penghargaan lainnya.




contact :celotehselordeh@gmail.com

Rabu, 07 Agustus 2013

Title: The Holy Salvation (Part 3), Water color on paper, Size 30 x 40 cm, Artist/ Painter : JP Laa Manroe, Price : Rp.3.500.000,-

JP Laa Manroe adalah pelukis yang mempunyai teknik lukis yang sangat bagus sekali, unik dan eksentrik ( teknik Master / Maestro  ) 
Karya karya nya banyak di koleksi oleh berbagai kalangan dalam dan luar negeri seperti Pejabat/ Tokoh2, kolektor Lukisan, Mahasiswa, akademisi dll
JP Laa Manroe dapat melukis dengan berbagai teknik spt Kubisme, realisme/naturalisme, impresionistme, surealisme dll, namun dia lebih fokus ke arah Post Kontemporer Kontemplatif dengan explorer yang tinggi dan akurat.
Dalam setiap Lukisannya, terdapat ruang Philosophy yang mendalam dan JP Laa Manroe sangat ahli memanfaatkan ruang dan dimensi, diagonal serta sangat cemerlang sekali dalam memainkan kombinasi warna warna, dia seorang pelukis jenius.
JP Laa Manroe mempunyai teknik, ciri dan charakter lukisan yang tidak di miliki pelukis lain. 

 Para kolektor di seluruh dunia termasuk di Indonesia biasanya memburu ( Hunting ) untuk membeli karya karya  lukisan dari pelukis terkenal.
Kategori pelukis terkenal di bagi beberapa bagian antara lain :
1.Pelukis  Old Master yg sdh meningal ataupun yg msh sdh meninggal atau pun yg msh hidup
   Pelukis Old Master ( usia di atas 60 thn ) yg msh hidup al : 
  Arie Smith, Men Sagan, B Rosar, Joko Pekik, Srihadi,  Adam Lay,Kartika Affandi, Mas Tot, Ippe Mar"uf, Moses Misdy, Srihady, Maria Tjui, Yusuf Hasim, Wayan Pengsong, Nyoman Goenarsa, dll, mungkin pelukis Old Master yg masih hidup yang tersisa 25 orang saja, itupun usia mereka sdh tua bahkan Arie Smith sdh berusia 99 tahun.

2. Pelukis Master yg msh hidup ( usia 45 sd 60 thn ) yaitu :  Hanafi atau Harlim, Dede Erie Supria, JP Laa Manroe, Arifien Neif, Heri Dim, JB Iwan Sulistyo, Deki De Jong, Heri Dono, Erica dan lain lainnya.  

3. Young Master  ( Kategori Usia 20 s/d 45 thn ) yaitu : Pardoly Fadli dl

Dalam lukisan kali ini dia menggambarkan penderitaan Yesus Kristus dengan darah bercucuran, di salibkan oleh kaumnya sendiri di bantu dengan kekuatan Tentara Romawi / Penguasa saat itu, dalam lukisan ini seperti terdengar suara " salibkan", salib kan , salib kan dia, akhirnya Yesus Kristus memang di salibkan , namun seperti yang sudah di nubuatkan dalam perjanjian lama bahwa Yesus Kristus akan datang ke dunia dan akan di salibkan untuk menebus dosa dosa manusia, jadi Dia rela berkorban untuk menebus dosa dosa manusia agar manusia di selamatkan. Dia tidak dendam sewaktu di salibkan, tetap mengampuni  dan Dia berharap agar seluruh umat manusia bertobat dan di ampuni dosa dosa nya. 
Dalam lukisan kali ini , JP Laa Manroe sangat sempurna menggoreskan garis vertikal, horizontal,  lengkung, goresannya spontanitas juga di padu dgn memainkan teknik kubisme, expresionistme, surealisme dan teknik western post komplelatif kontemporer dan di lebur dengan teknik warna yang sangat jenius  sehingga perpaduan semua nya menghasilkan karya yang luar biasa bagus nya ( Masterpiece ) ...ini benar benar lukisan sentuhan seorang pelukis jenius.

Harga Karya JP Laa Manroe saat ini bervariasi tergantung ukuran besar kecilnya media nya spt ukuran kanvas nya, kertas,  dan juga tergantung object nya dan terkadang juga tergantung moment moment nya, namun biasanya harga karya nya antara Rp.3,5 jt,- sd Rp.100 jt,-, namun beberapa kali karya nya sering terjual di atas Rp.100 jt,-

Penghargaan yang pernah di raih JP Laa Manroe, antara lain :
 - Penghargaan dari IEBI Tilburg-Netherlands tahun 2001
- Pelukis Terbaik ( Best Painter ) pilihan pembaca dari DPN AWDI (Dewan Pertimbangan Nasional  Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia ) thn 2003.
- Dan Penghargaan lainnya.


Contact:  celotehselordeh@gmail.com
curator : Fredrick Nierhoff  

Selasa, 06 Agustus 2013

B Bridge Van Deehk ( B B van Deehk / Bens Bridge Van Beehk),Title: Bali Island,size 50 cm x 41 cm,Price : Rp.15.000.000,-

Nama Lengkapnya Bens Bridge Van Deehk namun dia sering menandatangi di setiap lukisannya dengan nama BB Van Deehk ataupun B Bridge Van deehk atau Bens Brigde Van Deehk.

Ketertarikannya dengan Hindia Belanda (Indonesia )  membuat dia datang kesini seperti pelukis pelukis asing lainnya yang juga datang ke Indonesia. Memang banyak pelukis pelukis asing yang datang ke Indonesia  dan menetap di Indonesia sampai akhir hayatnya namun ada juga yang sekedar datang menikmati keindahan Indonesia kemudian pergi lagi keliling dunia.   Bens Van Deek tidaklah terlalu lama di Indonesia. 
BB van Deehk ( B Bridge Van Deehk ) mempunyai teknik lukis yang bagus sekali, dia melukis dengan 

Sebagai Pelukis dia menguasai berbagai teknik seperti impressionist. realist, naturalist ataupun surealist namun dia lebih sering / fokus memakai gaya impresionist ataupun realist / naturalist.

Lukisan Karya BB Van Deehk  banyak di koleksi berbagai kalangan, tokoh,pejabat  kolektor dalam dan luar negeri ,  perlu di ketahui  sekarang ini lukisan karyanya cukup langka utk di dapat.

Pada waktu  B Bridge Van Deehk datang ke Indonesia,dia sempat berhubungan dan berkomunikasi dengan   pelukis pelukis pelukis  pada waktu itu  antara lain Soeboer Dullah, Wakidi, Nashar, Dullah, Saiman DH, Trubus, Hendra Gunawan, Ida Bagus Made, I Gusti Ketut  Kobot, anak Agung Gede Sobrat, Liem Siaw Chiang, I Nyoman Lempad,  M Tamdjidin ( M Tamdjid) , Barli, Widayat, Gambir Anom, Djayeng Asmara ( Djayeng Asmoro ),Otto Djaya, Roediyat, G A Kadir,  Hasim, Henk Ngantung  dll,
Dengan pelukis pelukis asing yang pernah keIndonesiapun dia juga berkenalan spt dengan Jan Frank, M Paul Van Hove, H Van Velthusyen, Lee Mayeur, Van Der Doest, Kedzu de Britoz, D Van Russel, Ernest Dezentje, Joe Bel Van Dezk, Antonio Blanco, Stuart Weny ( S. Weny ), Rudolf Bonnet dll.

brian z mc brown, 1915-1995, title : " Majapahit War" size 120 cm x 90 cm,price Rp 35 jt ( sold out / terjual)

Karena Brian Z MC Brown menyukai sejarah, kadang 2 lukisannya berhubungan dgn sejarah dan lukisannya kali ini bercerita ttg perang majapahit yg di pimpin oleh patih gajah mada. 
 Brian Z MC Brown Old master yg pernah berkunjung ke Bali dan jawa tengah, pada dasar nya dia seorang ahli sketsa yg sangat pakar, namun ketika dia mencoba melukis di atas canvas pd usia 17 tahun ternyata lukisannya sangat bagus sebagus dia melukis di atas kertas oleh sebab itu dia terus melukis di atas kanvas namun juga melukis sketsa di atas kertas.
Pada usia msh relatif muda ( usia 19 thn ) , brian z mc brown pernah datang ke pulau bali, jawa dan seterusnya ke batavia setelah itu dia melanglang buana ke belanda, perancis dll.
karya karya nya banyak di koleksi oleh para pejabat penting dan para kolektor internasional.
Brian Z Mc Brown  konon pernah belajar dari dosen dosen senirupa jebolan Academie de La Grande Chaumiere bahkan karya nya banyak yg lebih mahal dari karya karya guru nya.

soeboer doellah ( subur dullah ) pelukis senior Indonesia / old master, Size : 115 x 87, object : pemandangan , Harga Rp. 20.000.000,-

Lama menetap di Pulau Bali membuat SOEBOER DOELLAH sering melukis object object tentang Bali, gaya lukisannya yang naturalist  membuat karya karyanya banyak di sukai para tokoh / pejabat , kolektor  juga masyarakat awam.

( Alm ) Soeboer Doellah juga tercatat sebagai penggerak dan pelopor lukisan Naturalisme di Indonesia bersama sama Basuki Abdullah.Sedangkan pendahulunya adalah Raden Saleh, Abdullah SR, Wakidi dll.
SEBAGAI SALAH SEORANG LEGENDA DI INDONESIA, Seoeboer Doellah MALANG MELINTANG DI DUNIA SENI RUPA BAIK DI DALAM MAUPUN DI LUAR NEGERI.
 
Karya karya nya tembus di hampir semua perdagangan Lelang Lukisan seperti Larasati, Master Piece, Sidharta, Borobudur dll.



contact :
celotehselordeh@gmail.com

Pelukis : F Daru, title : Biola, size 29 x42 cm, tinta china di atas kertas, Rp.2.500.000,-

Lukisan karya F. Daru ( Fransiskus Daru ) sangat luar biasa bagus nya.
Lukisan ini adalah object sebuah Biola dengan teknik Kubisme Kontemplatif yang berbeda dengan kubisme ala Picasso atau Braque.
F.Daru sangat ahli melukis dengan berbagai teknik lukisan seperti kubisme, surealisme, realisme/natulasime, impresionistme dll, namun dia lebih banyak dan fokus kearah Kubisme Kontemplatif.
Karya karya nya banyak di koleksi oleh tokoh tokoh/pejabat 2, kolektor 2, pengamat seni dalam dan luar negeri.
 karya karya nya dengan teknik Kubisme Kontemplatif pernah di bahas di universitas Sorbonne Perancis.

Pelukis F Daru, Title : Woman, size 22 x 33 cm, diatas kertas, Rp.2.500.000,-

Lukisan karya F. Daru ( Fransiskus Daru ) sangat luar biasa bagus nya.
Lukisan ini adalah object seorang Wanita dengan teknik Realist memakai cat cair dan tinta china .
F.Daru sangat ahli melukis dengan berbagai teknik lukisan seperti kubisme, surealisme, realisme/natulasime, impresionistme dll, namun dia lebih banyak dan fokus kearah Kubisme Kontemplatif.
Karya karya nya banyak di koleksi oleh tokoh tokoh/pejabat 2, kolektor 2, pengamat 2 seni dalam dan luar negeri.
F Daru Cukup lama tinggal di bali, selama di bali dan di pulau Jawa. Walaupun dia mempunyai teknik lukis yang sangat bagus sekali dan sdh masuk dalam jajaran kelas Master namun F Daru tidaklah sombong dan dia type yang Low Profile.
F Daru sering berdiskusi,  bertukar pikiran dengan sahabat sahabatnya yang juga para pelukis pelukis terkenal  spt Antonio Blanco, Roediyat, Hendra Gunawan, Andrew Jack, JP Laa Manroe,  Dullah, BB Van Deehk, Soeboer Doellah, Qedzu de Britoz, Momon, dll .

 Contact : celotehselordeh@gmail.com

Pelukis : Momon ( Old Master ), anak kecil msikin namun sukacita,diatas kertas keras, size 56 x 38 cm, Rp.3.500.000,-


( alm) Momon adalah pelukis yang mempunyai teknik lukis sangatlah bagus sekali, dia melukis dengan cepat dan lepas dengan spontanitas yang tinggi dan akurat, para pengamat seni rupa menyatakan bahwa karya Momon masuk jajaran Master.
Karya karya nya  di koleksi oleh kolektor kolektor papan atas dalam dan luar negeri.
Momon lama menetap di Bali.
Lukisan Momon kali ini menggambarkan anak kecil yang miskin namun tetap bersuka cita dengan senyum yang menunjukan bahwa dia tidak mempunyai beban apa apa dan tetap pasrah pada Tuhan,
Goresan Momon kali ini terlihat spontanis dan sangat luar biasa akurat dan fokus sehingga terlihat dari setiap sudut bahwa lukisan ini hidup dan indah sekali, benar benar momon seorang pelukis tingkat Master yang mampu menyuguhkan realita kehidupan dalam bentuk lukisan.
Persahabatan Momon dengan pelukis pelukis terkenal lainnya  juga cukup terbina dengan baik.  
Karya karya Momon tembus hampir di semua balai lelang Lukisan  dalam dan luar negeri.
Saat ini lukisan karya Momon adalah salah satu karya lukisan yang wajib di koleksi oleh para kolektor. 


Contact : celotehselordeh@gmail.com

Senin, 05 Agustus 2013

Pelukis Momon ( Old Master ), Title : Pura Bali, size 60 x40 cm, di atas kertas keras, Rp. 3.500.000,-

( alm) Momon adalah pelukis yang mempunyai teknik lukis sangatlah bagus sekali, dia melukis dengan cepat dan lepas dengan spontanitas yang tinggi dan akurat, para pengamat seni rupa menyatakan bahwa karya Momon masuk jajaran Master.
Karya karya nya  di koleksi oleh kolektor kolektor papan atas dalam dan luar negeri.
Momon lama menetap di Bali.
Sewaktu hidupnya persahabatan Momon dengan pelukis pelukis terkenal lainnya  juga cukup terbina dengan baik seperti dengan F Daru, Toto K, qedzu de britoz, Soeboer Doellah, Hendra Gunawan, Antonio Blanco, BB Van Deehk, Affandi, S Sudjojono, Moses Misdy, JP Laa Manroe dll.  
Karya karya Momon tembus hampir di semua balai lelang Lukisan  dalam dan luar negeri.
Saat ini lukisan karya Momon adalah salah satu karya lukisan yang wajib di koleksi oleh para kolektor.

Walter Spies ( 1895-1942) , size 28 x 41 cm Rp.20.000.000,-

Walter Spies, Pelukis Maestro yang sudah masuk dalam kelas pelukis pelukis Dunia. Karyanya di buru oleh para kolektor kolektor papan atas dunia.
 Untuk Lukisan cat minyak di atas Kanvas harganya bisa mencapai ratusan sampai Milyaran rupiah, oleh sebab itu untuk kolektor kolektor menengah ke bawah biasanya mencari karya karya pelukis terkenal yang di lukis di atas kertas agar harga nya tidak terlalu mahal dan bisa terjangkau.

WALTER SPIES 

Walter Spies (15 September 1895 – 19 January 1942) was a Russian-born German primitivist painter. In 1923 he came to Java, living first in Yogyakarta and then in Ubud, Bali starting in 1927. He is often credited with attracting the attention of Western cultural figures to Balinese culture and art in the 1930s and he influenced the direction of Balinese art and drama.
In 1937, Spies built what he described as a "mountain hut" at Iseh in Karangasem. Adored by the Balinese, Spies was the co-founder of the Pita Maha artists cooperative, through which he shaped the development of modern Balinese art and established the Westerner's image of Bali that still exists today.

After living for nine years at the confluence of two rivers in Campuan(Ubud), Spies grew weary of his increasingly hectic social life, and retired to the tranquil mountain retreat that was to become the setting of some of his most beautiful and atmospheric paintings, including "Iseh im Morgenlicht 1938" Despite his desire to escape from a constant stream of visitors, Spies still used to receive guests at Iseh, including the musician Colin McPhee and his wife, anthropologist Jane Belo, the Swiss artist Theo Meier and the Austrian novelist Vicki Baum. Vicki Baum accredits Walter Spies with providing her the factual historical information and details on Balinese culture for her historical fiction novel "Love and Death in Bali" - dealing with the Dutch intervention in Bali (1906), and first published in German in 1937.
In December 1938, Spies was arrested as part of a crackdown on homosexuals. With the influence of people such as Margaret Mead, he was released in September 1939.
As a German national in the Dutch East Indies during World War II, Spies was arrested and deported. However, a Japanese bomb hit the ship that was carrying him to Ceylon, and because the crew were reluctant to evacuate the Germans without a corresponding order, most of the prisoners on the ship, including Spies, drowned.

Popo Iskandar, title : Kucing size 50 x 40 , Price Rp.20.000.000,- )/ ( Sold/ Terjual )

Popo Iskandar adalah salah satu Maesro Pelukis Indonesia yang karya karyanya di buru oleh setiap yang mengaku dirinya seorang  " Kolektor " , bahkan karya karya nya di kolesi oleh berbagai Museum dalam dan luar negeri.

 POPO  ISKANDAR ( di kutip dari : tamanismailmarzuki.com)


Popo iskandar termasuk sederetan pelukis terkemuka yang setia pada kodratnya bekerja untuk melahirkan karya-karya seni lukis. Ia berpameran retrospektif di ruang pameran TIM pada tanggal 26 September s/d 1 Oktober ’1978.

Pameran ini merupakan suatu pertanggung-jawaban sang pelukis terhadap usahanya selama ini, selama 35 tahun, semacam berhenti sejenak sambil menengok dari masa panjang yang telah dilalui. Pameran ini menghidangkan karya-karyanya sejak tahun 1949 hingga tahun 1978, sejumlah 45 buah lukisan dan 30 sketsa, yang masih disimpan (sempat diselamatkan) atau yang dipinjam dari berbagai lembaga dan perorangan.

Penampilan semacam ini, senada dengan Pameran Affandi, tahun 1974 di tempat yang sama. Dalam pengantar pertanggung-jawaban itu Popo Iskandar menyatakan, “Ada dikatakan orang, bahwa seorang seniman seakan meraih dalam kegelapan. Seni adalah hasil pertumbuhan di mana si seniman sendiri tidak mengetahui sejak awal bagaimana hasil akhir karyanya. Akan tetapi justru karena seni adalah perkembangan, bukanlah dalam usahanya untuk mengenal dirinya sendiri secara menyeluruh ada baiknya untuk mengenal wajah -wajah dirinya di masa-masa yang lampau”.”

Popo Iskandar-kucing

Seluruh uraian itu berusaha hendak menjelaskan tentang posisinya dan kesadarannya sebagai seniman pelukis. Sejak penghayatannya terhadap kehidupan menelusuri lorong, pasar dan pelosok kota Bandung bersama Hendra, Angkama, Abas Alibasyah untuk menangkap kehidupan dan gerak kehidupan sehari-hari dalam tuangan seni lukisnya. Menurut Popo Iskandar, seluruh proses kesenian berarti mata rantai dari keberhasilan dan kegagalan. Semacam melihat grafik kegiatan. Kegagalan demi kegagalan dirasakan akan menjadi perangsang penciptaan yang akan datang.


Sudarmaji dalam buku Seni Lukis Jakarta Dalam Sorotan (Pemerintah DKI Jakarta, 1974) menulis, Lukisan Popo mutakhir menunjukkan esensifnya menggarap fenomena. Sudah itu makin suka menjelajahi image subyektifnya. Pada tahun 1968 Popo masih lebih terikat pada wujud obyeknya. Komposisinya mantap, warna-warnanya lembut sekitar putih dan kelabu atau warna-warna intermediate pada umumnya. Sebuah lukisannya Bambu berwujud goresan putih yang melengkung-lengkung di atas kanvas putih. Dalam hal putih diatas putih ini tentu dengan mudah orang ingat akan putihnya Malevich meskipun wujudnya amat berbeda. Pada periode 1972 dapat dilihat adanya usaha penampilan goresan yang tidak konsekuen. Disatu tempat muncul sapuan lembut, sedangkan di bagian lain ia tarik sapuan kasar.

Dalam buku Sanento Yuliman Cs. Seni Lukis Indonesia Baru Sebuah Pengantar (Dewan Kesenian Jakarta 1976), Popo Iskandar bersama Oesman Effendi, G. Sidharta, Fajar Sidik, Srihadi, But Muchtar ditempatkan pada periode peralihan, karena kecenderungannya kepada abstarksi, mereka masuk dalam masa Menuju Seni Lukis Abstrak 1955-1960, Bagian dari kecenderungan masa ketiga, dalam sejarah Seni Lukis Indonesia.

Mungkin sejalan dengan penglihatan Sudarmaji diatas dan sehubungan dengan banyaknya lukisan untuk cover buku (PT. Dunia Pustaka Jaya), terasa adanya kecenderungan goresan yang tegas, warna yang menyolok (warna primer), kontras yang tajam dan tegang. Disamping beberapa lukisan seperti hasil lukisan proyek Pertamina”dulu, dan beberapa lukisannya yang menunjukkan keterbatasan warna (hitam-putih), hitam saja dan sapuan lembut maupun tiba-tiba tegas. Tentang ini Popo mengatakan, “Pada sampul buku (cover) mengingat fungsinya, sekaligus harus menarik perhatian (mengolah warna primer). Sedangkan pada lukisan saya tidak memerlukan agitasi. Kadang bila perlu menggunakan warna yang menyolok (hitam putih periode 1976). Sebab dalam periode ekspresionisme memerlukan kelangsungan”.

Popo Iskandar-si manis
Popo menamakan dirinya dalam periode ekspresionisme. Ia mengatakan bahwa dalam banyak hal sejalan dengan ekspiresionisme Affandi. Hanya bedanya, Affandi lebih suka harmoni (keseimbangan). Bedanya lagi Affandi lebih suka kelangsungan. Saya lebih suka pengendapan. Ia tegaskan, kelangsungan itu harus diendapkan, sehingga lahir ide-ide. Sebelum melukis saya membuat persiapan ide lewat sketsa. Sehubungan dengan penilaian Sanento Yuliman yang mengkatagorikan Popo dalam tahap peralihan ke abstraksi tadi, Popo lebih menyadari dirinya sebagai pelukis cenderung ke arah ekspresionisme (Kucing, Ayam Jago dan lain-lain).

Popo juga pernah melewati periode lukisan laut, jala-jala, yang lebih menunjukkan atau menemukan ritme. Sedangkan pada kucing (ekspresionistis) ia membedakan dengan kucing sajak Sutardji Calzoum Bachri. Oleh karena itu, menurut Popo, tiap seniman harus bisa mengatasi kungkungan media (materi/bahan) tidak menggantungkan warna tertentu. Pada akhirnya harus menguasai seluruh media, tidak menjadi budak media. Demikianlah Popo lebih memberikan penerangan pada kita tentang kecenderungannya yang sekarang menggunakan warna terbatas (hitam-putih, hitam, hitam-kuning dll). Yang sangat nampak dalam lukisan mutakhir. Umpamanya Jago, Kucing dan Bulan, Kucing. Dimana warna hitam sangat dominan.

Popo Iskandar Belajar melukis sejak jaman Jepang. Lulusan ITB (1958). Anggota Akademi Jakarta ini banyak berminat pada sastra dan seni pada umumnya. Dia juga menulis buku Affandi Suatu Jalan Baru Dalam Ekspresionisme (peringatan 70 tahun Affandi, Penerbitan Akademi Jakarta,1977). Disamping tulisan kritik seni, sastra, lukis dan lain – lain di berbagai harian dan majalah sejak tahun 1958 s/d 1987. Pada tahun 1944, karyanya terpilih untuk pameran keliling bersama pelukis-pelukis senior seperti Affandi, S. Sudjojono, Basoeki Abdullah, Hendra Gunawan dll dikota-kota besar Indonesia. Dia menerima kritik yang baik atas karya-karyanya yang diperoleh antara lain dari Rio de Janeiro (1964), untuk seni lukis, Tokyo dan Genoa (1978)) untuk karya grafis, Belanda (1985) untuk seni lukis. Selain itu dia ditunjuk sebagai anggota juri untuk anugerah seni RI (1969 s/d 1978) dan Biennale Dewan Kesenian Jakarta (1970 s/d 1984).

MF Lee ( Maestro ), Size 37 x 44, Flower, media: di atas kertas, ( Sold / terjual )

MF Lee atau yang di sebut Lee Manfong adalah Pelukis Maestro Indonesia sekelas Affandi, S Sudjojono,  , Antonio Blanco, M Paul Van Hove, Lee Mayeur, Walter Spies, Isaacs Israel, Basuki Abdullah.
Karya karyanya di buru oleh semua kolektor papan atas di dalam dan luar negeri dan karya karyanya menjadi koleksi para kepala kepala negara di berbagai dunia termasuk di koleksi oleh Bung Karno.
Keterangan :lukisan pensil di atas kertas.
Kondisi lukisan MF Lee dengan pensil di atas kertas ini, kondisinya  rusak, perlu perbaikan, dan kertas sedikit robek, dan terlipat lipat, gambar/object nya sedikit buram dan samar samar.

MF Lee ( Lee Man Fong )

Lee Man Fong

From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
Lee Man Fong (November 14, 1913 - April 3, 1988) was a painter born in Guangzhou, China. His father, a merchant with ten children, brought him to Singapore. When his father died in 1930, Man Fong had to work hard to earn a living for his mother and siblings using his skill in painting ads and artwork. However, that was not enough for him. In 1932, he moved to Jakarta, Indonesia. The tension between nationalist groups such as Persagi (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia, or Association of Indonesian Draughtsmans) and Indische-Holland kunstkring community stimulated him. In 1942, Man Fong was jailed because of his opposition to Japanese colonialism in Indonesia. After six months in jail, Takahashi Masao helped him gain freedom. This Japanese officer was interested in his artistic potential.
In 1946, President Sukarno heard about him when he had his solo exhibition in Jakarta. Sukarno then knew that Man Fong was given a Malino scholarship from Van Mook, the Netherland lieutenant-governor general. In Europe, many of his exhibitions were successful. He briefly returned to Indonesia, and went back to hold exhibitions from Den Haag to Paris. In 1952 he returned to Jakarta. The visit from Sukarno and Basuki Abdullah, the official palace painter at that time, encouraged him to establish Yin Hua in 1955. Yin Hua was an organization of Chinese painters that had its office on Lokasari Street, Jakarta. Many art exhibitions were organised by Yin Hua. In 1956, Yin Hua was invited to hold exhibitions in China.
The relationship between Sukarno and Man Fong improved. His beautiful and perfect works matched with Sukarno's taste. For him, Man Fong's art was an escape from revolutionary spirit. Sukarno didn't have any particular theme preference in art. Only ten percent of all his collections had a nationalist theme. "A thing of beauty is a joy forever," was his remark about his taste on art. Therefore, when Basuki Abdullah suggested to him to appoint Man Fong as the next presidential painter, Sukarno agreed to it without hesitance.
Source: Kompas, June 1, 2001, an article by Agus Dermawan T.

JP Laa Manroe, Title " I don"t like Sleeping" size 140 cm x 80 cm Rp. 60 jt,- ( enam puluh juta rupiah ), " Sold / terjual "


Tidak di ragukan lagi goresan J P Laa Manroe sangatlah ber character, punya ciri tersendiri  dgn teknik yang tinggi serta akurat dalam memainkan ruang diagonal, dimensi, bentuk, kombinasi warna dan dia sangat lihai mengkombinasikan dengan teknik western kontemporer kontemplatif sehingga terasa benar benar hidup dan menujukan bahwa melukis bukan sekedar menggambar tp hrs bisa menimbulkan selerasan hati yg mempunyai makna visualisasi dan philosophy dlm perspektif seni rupa itu sendiri.

Lukisannya kali ini menggambarkan seseorang pekerja keras sampai lupa waktu dan bahkan dia lupa akan tidur, setiap harinya digunakan adalah utk berpikir dan bekerja keras, hal ini mengambarkan kehidupan bagaikan " mesin "  yg sdh di remote oleh siuasi keadaan yg memaksa sesorang untuk bekerja keras memenuhi ambisi dan kebutuhan hidupnya sehingga dia membenci untuk "tidur ".

Menikmati karya lukisan JP Laa Manroe, kita  benar benar  terasa menikmati lukisan karya seorang master atau maestro .....luar biasa serta sangat bermutu tinggi dan layak untuk di koleksi para kolektor sejati.   

Karya karya JP Laa Manroe banyak di koleksi oleh berbagai kalangan dalam dan luar negeri seperti Pejabat/ Tokoh2, kolektor 2 Lukisan dalam dan luar negeri, Mahasiswa, pengamat seni, akademisi, para profesional, pengusaha dll.

JP Laa Manroe dapat melukis melukis dengan berbagai teknik spt Kubisme, realisme/naturalisme, impresionistme, surealisme dll, namun dia lebih fokus dan memiliki gaya / style " Post Kontemporer Kontemplatif"  dengan explorer yang tinggi dan akurat.
JP Laa Manroe mempunyai teknik, ciri dan charakter lukisan yang tidak di miliki pelukis lain. 
Tandatangan dalam karya lukisannya sering dia membubuhkan nama JP Laa Manroe atau Jodek Company, Jodeks Company, ataupun Jodex Company atau Jong Patria Laa Manroe.

Harga Karya JP Laa Manroe saat ini bervariasi tergantung ukuran besar kecilnya media nya spt ukuran kanvas nya, kertas,  dan juga tergantung object nya dan terkadang juga tergantung moment moment nya, namun biasanya harga karya nya di pajang dengan harga antara Rp.3,5 jt,- sd Rp.250 jt,- ( dua ratus lima puluh juta rupiah ) tp mungkin juga bisa lebih di atas harga  itu.

Penghargaan / Award Senirupa pernah di perolehnya baik dari dalam dan luar negeri.

  contact :celotehselordeh@gmail.com

Kurator : Steve Van Der Mheceline