Pelukis Master yang satu ini masih hidup, namun sdh tidak di ketahui keberadaannya, apakah masih di Indonesia atau sdh di luar negeri. Karya karyanya sangat luar biasa bagus sekali dan indah di pandang serta banyak di koleksi oleh para kolektor kolektor, pejabat pejabat, tokoh tokoh bahkan keluarga Presiden.
Tho Cretzo dapat melukis dengan berbagai teknik lukisan namun dia lebih sering memakai teknik Impresionist dan goresannya sangat impresif dengan permainan warna yang bagus sekali.
Tho Cretzo melukis dengan teknik Impresionist, perkenalannya dengan beberapa pelukis asal China yg pernah di Indonesia spt Tan Koen Tjong, Siaw Tik Wie, Lim Wa Sim, Liem Siaw Chiang, Lee Man Fong dll membuat Tho Cretzo terkadang di beberapa lukisannya melukis dengan gaya China tetapi hanya sebagian kecil saja dari l;ukisannya bergaya China selebihnya Tho Cretzo memilih teknik Impresionist utk di goreskan di atas Kanvas.
Lukisan karya Tho Cretzo ini agak sedikit rusak dan perlu perbaikan sedikit tapi bukan di object lukisan,
Contact: celotehselordeh@gmail.com
Jumat, 30 Agustus 2013
Amos Setyo Budiono ( Old Master ), Title : Flower, oil on canvas, size : 80 x 60 cm, kondisi sdh agak sedikit rusak perlu sedikit perbaikan, Rp.15.000.000,- ( Sold/terjual )
Tidak asing lagi nama Pelukis terkenal yang satu ini Amos Setyo Budiono ( Budiono ) adalah anggota kelompok para pelukis old master yaitu Himpunan Budaya Surakarta (HBS), dia sdh almarhum namun karya karya nya tetap di cari cari oleh para kolektor, dan saat ini sdh jarang sekali bisa mendapat karya karya nya.
Karya karya sering terjual dengan harga cukup mahal sampai ratusan juta dalam setiap pameran lukisan, namun dengan rendah hati dia selalu mengatakan harga lukisan itu relatif saja.
Di waktu dia masih hidup Amos Setyo budiono adalah pelukis yang sering menolong para seniman lainnya sehingga para seniman banyak yang menghormati dia.
contact : celotehselordeh@gmail.com
Karya karya sering terjual dengan harga cukup mahal sampai ratusan juta dalam setiap pameran lukisan, namun dengan rendah hati dia selalu mengatakan harga lukisan itu relatif saja.
Di waktu dia masih hidup Amos Setyo budiono adalah pelukis yang sering menolong para seniman lainnya sehingga para seniman banyak yang menghormati dia.
contact : celotehselordeh@gmail.com
Kamis, 22 Agustus 2013
M TOHA ( M Thaha ) Old Master, title : perahu perahu, size 80 x 70 cm , Rp.12.500.000,- ( SOLD / Terjual )
M Toha ( M Thaha ), pelukis old master Indonesia ( Legenda) yg karya karyanya banyak di koleksi oleh Tokoh tokoh/ pejabat pejabat juga kolektor kolektor lukisan dalam dan luar negeri.
Kedekatannya terhadap pelukis pelukis seangkatannya yg juga sesama pelukis Legenda Indonesia membuat mereka saling tolong menolong, seperti ketika M Toha ( M Thaha ) menolong pelukis Maestro Trubus Soedarsono sewaktu Trubus Soedarsono di kejar kejar oleh karena peristiwa politik di tahun 60 an bahkan Trubus sempat tidur di rumah M Toha dan sempat melukis bersama dgn M Toha dalam satu Kanvas.
M Toha pernah belajar lukis dari pelukis Eropa yg pernah datang ke Indonesia Dannish Van Russel ( D Van Russel ).
Kedekatannya terhadap pelukis pelukis seangkatannya yg juga sesama pelukis Legenda Indonesia membuat mereka saling tolong menolong, seperti ketika M Toha ( M Thaha ) menolong pelukis Maestro Trubus Soedarsono sewaktu Trubus Soedarsono di kejar kejar oleh karena peristiwa politik di tahun 60 an bahkan Trubus sempat tidur di rumah M Toha dan sempat melukis bersama dgn M Toha dalam satu Kanvas.
M Toha pernah belajar lukis dari pelukis Eropa yg pernah datang ke Indonesia Dannish Van Russel ( D Van Russel ).
Senin, 19 Agustus 2013
Pelukis/Painter : Hanafi,( Master ) yg msh hidup, judul : pemandangan laut dan nelayan, Size : 70 x 60 cm, harga Rp. 12.500.000,- ( Sold / sdh terjual ).
Hanafi sering pula memakai nama Harlim di setiap lukisannya.
Hanafi adalah pelukis Master Indonesia yg msh hidup dan sehat.
Karya karyanya di koleksi oleh tokoh 2/pejabat 2, bussinesman, kolektor kolektor lukisan dalam dan luar negeri. Berbagai penghargaan dalam dan luar negeri dia peroleh sebagai pelukis Old Master Indonesia.
Jika di masa lalu Hanafi sering / fokus melukis dgn gaya Naturalis ataupun dgn gaya dekoratif namun saat ini Hanafi lebih sering dan fokus melukis dengan gaya Abstrak.
Para kolektor di seluruh dunia termasuk di Indonesia biasanya memburu ( Hunting ) untuk membeli karya karya lukisan dari pelukis terkenal.
Kategori pelukis terkenal di bagi beberapa bagian antara lain :
1.Pelukis Old Master yg sdh meningal ataupun yg msh sdh meninggal atau pun yg msh hidup
Pelukis Old Master ( usia di atas 60 thn ) yg msh hidup al :
Arie Smith, Men Sagan, B Rosar, Joko Pekik, Srihadi, Adam Lay,Kartika Affandi, Mas Tot, Ippe Mar"uf, Moses Misdy, Srihady, Maria Tjui, Yusuf Hasim, Wayan Pengsong, Nyoman Goenarsa, dll, mungkin pelukis Old Master yg masih hidup yang tersisa 25 orang saja, itupun usia mereka sdh tua bahkan Arie Smith sdh berusia 99 tahun.
2. Pelukis Master yg msh hidup ( usia 45 sd 60 thn ) yaitu : Hanafi atau Harlim, Dede Erie Supria, JP Laa Manroe, Arifien Neif, Heri Dim, JB Iwan Sulistyo, Deki De Jong, Heri Dono, Erica dan lain lainnya.
3. Young Master ( Kategori Usia 20 s/d 45 thn ) yaitu : Pardoly Fadli dll.
Hanafi adalah pelukis Master Indonesia yg msh hidup dan sehat.
Karya karyanya di koleksi oleh tokoh 2/pejabat 2, bussinesman, kolektor kolektor lukisan dalam dan luar negeri. Berbagai penghargaan dalam dan luar negeri dia peroleh sebagai pelukis Old Master Indonesia.
Jika di masa lalu Hanafi sering / fokus melukis dgn gaya Naturalis ataupun dgn gaya dekoratif namun saat ini Hanafi lebih sering dan fokus melukis dengan gaya Abstrak.
Para kolektor di seluruh dunia termasuk di Indonesia biasanya memburu ( Hunting ) untuk membeli karya karya lukisan dari pelukis terkenal.
Kategori pelukis terkenal di bagi beberapa bagian antara lain :
1.Pelukis Old Master yg sdh meningal ataupun yg msh sdh meninggal atau pun yg msh hidup
Pelukis Old Master ( usia di atas 60 thn ) yg msh hidup al :
Arie Smith, Men Sagan, B Rosar, Joko Pekik, Srihadi, Adam Lay,Kartika Affandi, Mas Tot, Ippe Mar"uf, Moses Misdy, Srihady, Maria Tjui, Yusuf Hasim, Wayan Pengsong, Nyoman Goenarsa, dll, mungkin pelukis Old Master yg masih hidup yang tersisa 25 orang saja, itupun usia mereka sdh tua bahkan Arie Smith sdh berusia 99 tahun.
2. Pelukis Master yg msh hidup ( usia 45 sd 60 thn ) yaitu : Hanafi atau Harlim, Dede Erie Supria, JP Laa Manroe, Arifien Neif, Heri Dim, JB Iwan Sulistyo, Deki De Jong, Heri Dono, Erica dan lain lainnya.
3. Young Master ( Kategori Usia 20 s/d 45 thn ) yaitu : Pardoly Fadli dll.
G A KADIR ( Old Master ), size 90 x 60 cm, judul : angon Kebo, Price 12.000.000,- ( SOLD / Terjual )
( Alm) GA Kadir pelukis Old Master Indonesia yang lama tinggal di Bogor.
GA Kadir terkenal dengan lukisan pohon flamboyan nya namun dia ahli dlm melukis object apa saja seperti burung, ayam, kuda, Kerbau, pemandangan, wajah/figure dll.
GA kadir seangkatan dan sezaman dengan Basuki Abdullah, S Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan, Barli, Popo Iskandar, Henk Ngantung, Otto Djaya, Hasim, M Toha ( M Thaha), Trubus, M Tamdjidin ( M Tamdjid ) dll. Karya karya nya di koleksi oleh tokoh 2/ pejabat 2 , kolektor lukisan dalam dan luar negeri.
GA Kadir pernah menimba ilmu lukis ke D Van Russel ( Dannish Van Russel ).
GA Kadir terkenal dengan lukisan pohon flamboyan nya namun dia ahli dlm melukis object apa saja seperti burung, ayam, kuda, Kerbau, pemandangan, wajah/figure dll.
GA kadir seangkatan dan sezaman dengan Basuki Abdullah, S Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan, Barli, Popo Iskandar, Henk Ngantung, Otto Djaya, Hasim, M Toha ( M Thaha), Trubus, M Tamdjidin ( M Tamdjid ) dll. Karya karya nya di koleksi oleh tokoh 2/ pejabat 2 , kolektor lukisan dalam dan luar negeri.
GA Kadir pernah menimba ilmu lukis ke D Van Russel ( Dannish Van Russel ).
Minggu, 18 Agustus 2013
Gerard Pieter Adolfs ( Maestro / Old Master ), title : suasana gembira di desa, size 54 x 45 cm, oil on hardboard, Price Rp. 75.000.000,- ( sold )
Gerard Pieter Adolfs salah satu Maestro Pelukis Asing yang pernah lahir di semarang 2 januari 1897, kemudian berangkat ke Belanda dan balik lagi ke Indonesia dan tinggal lama di Indonesia, namun meninggal di Belanda tahun 1968.Dalam setiap lukisan karyanya dia menandatangani dengan tanda "Ger.P. Adolfs, atau atau Adolfs.
Karya karya nya menjadi koleksi wajib para kolektor papan atas dalam dan luar negeri.
Gerard Pieter adolfs adalah pelukis aliran Impresionist dengan teknik yang sangat bagus sekali sehingga menjadi acuan pelukis pelukis Indonesia tempo dulu untuk melukis teknik Impresionist.
Sewaktu di Indonesia Adolfs mempuyai murid dalam hal melukis yaitu pelukis Koempoel Soejatno, Agoes Soebandi dll dan para murid nya saat ini pun sudah menjadi pelukis papan atas di Indonesia.
Karya karyanya tembus di semua perdagangan Lelang Barang Seni di dalam dan luar negeri.
Seperti pelukis pelukis asing yang pernah tinggal di Indonesia, Adolf pun beberapa kali datang ke Indonesia, dia pernah ke Bali, Malang, Surabaya, Jawa tengah, Sumatera dll.
Seperti pelukis pelukis asing yang pernah tinggal di Indonesia, Adolf pun beberapa kali datang ke Indonesia, dia pernah ke Bali, Malang, Surabaya, Jawa tengah, Sumatera dll.
Sabtu, 17 Agustus 2013
KEDZU De Britoz ( Qedzu De Britoz ) , Patung, title : Mother , Rp. 17.500.000,-
Kedzu De Britoz ( Qedzu de britoz) atau di singkat K De Britoz adalah Old Master Artist dan kali ini menampilkan karya seni nya yang berbentuk Patung yang di beri judul : Mother.
Teknik ukir patung karyanya sangat luar biasa baik dan halus.
Memang Kedzu De Britoz selain dia seorang pelukis juga seorang pemahat ( pembuat patung ) yang sangat handal.
Karya karya nya di koleksi oleh tokoh 2 / pejabat , kolektor kolektor dalam dan luar negeri.
Kedzu pernah datang beberapa kali ke Indonesia.
Teknik ukir patung karyanya sangat luar biasa baik dan halus.
Memang Kedzu De Britoz selain dia seorang pelukis juga seorang pemahat ( pembuat patung ) yang sangat handal.
Karya karya nya di koleksi oleh tokoh 2 / pejabat , kolektor kolektor dalam dan luar negeri.
Kedzu pernah datang beberapa kali ke Indonesia.
Painter : Deki De Jong: Title : dua lembar lukisan judul Dancer , acrylic on paper, kedua lukisan ini berukuran sama 39 x 51 cm, Price Rp. 7.000.000,-
Deki De Jong pelukis yang memiliki teknik sangat luar biasa bagus sekali, lukisan karya karyanya banyak di koleksi oleh para pejabat/tokoh maupun kolektor dalam dan luar negeri.
Deki de jong sangat lepas dalam melukis dan benar benar fokus memberikan goresan yang tajam agar dapat memberikan makna yang berarti, spontanitas dalam setiap goresannya terlihat mantab dan akurat sekali.
Seperti Pelukis Master lainnya, maka Deki De Jong pun sangat ahli melukis dalam berbagai teknik seperti impresionist, expresionist, realist/naturalis, surealisme dll., namun dia sebenarnya lebih fokus melukis dalam teknik impresionist.
Lukisan nya kali ini memang agak berbeda dimana dia menggambarkan penari yang sedang menari dalam tingkat kesulitan yang tinggi namun sang penari mampu melakukannya dengan sempurna, untuk terlihat sempurna seperti lukisan ini memang di butuhkan pelukis pelukis yang sudah sangat matang dalam melukis dan Deki De Jong mampu melakukannya dengan sangat baik sehingga kita yang melihat lukisan ini menjadi lebur di dalam penghayatan di mana sang penari sedang menari dengan lincah, tanpa beban dan sempurna.
Painter : JP Laa Manroe, ukuran : 50 cm x 40 cm, oil on canvas , Title : Homage to Someone Maestro, Price Rp.10.000.000,- ( Sold /terjual)
JP Laa Manroe adalah pelukis Indonesia.
Ada beberapa Kategori master (pelukis terkenal ) di dunia yg juga berlaku di Indonesia yaitu Old Master Painter, Master dan Young Master Painter , kategori berdasarkan pemetaan dari sisi usia.
JP Laa Manroe di era 80 sd 90 adalah pelukis muda yang cukup terkenal di samping seorang seniman, dia juga seorang aktifis muda pengagum Bung Karno dan mantan pimpinan ormas ormas beraliran Nasionalist ke Pemuda an di tahun 90 an.
Para kolektor di seluruh dunia termasuk di Indonesia biasanya memburu ( Hunting ) untuk membeli karya karya lukisan dari pelukis terkenal.
Kategori pelukis terkenal di bagi beberapa bagian antara lain :
1).Pelukis Old Master yg sdh meningal ataupun yg msh sdh meninggal atau pun yg msh hidup
Pelukis Old Master ( usia di atas 60 thn ) yg msh hidup al :
Arie Smith, Men Sagan, B Rosar, Joko Pekik, Srihadi, Adam Lay,Kartika Affandi, Mas Tot, Ippe Mar"uf, Moses Misdy, Srihady, Maria Tjui, Agus Kemas, Yusuf Hasim, Wayan Pengsong, Nyoman Goenarsa, dll, mungkin pelukis Old Master yg masih hidup yang tersisa 25 orang saja, itupun usia mereka sdh tua bahkan Arie Smith sdh berusia 99 tahun.
2). Pelukis Master atau old master yg msh hidup ( usia 45 sd 60 thn ) yaitu : Hanafi atau Harlim, Made Djirna, Dede Erie Supria, JP Laa Manroe, Awiki, F Daru, Arifien Neif, Heri Dim, JB Iwan Sulistyo, Deki De Jong, Heri Dono, Erica, dan lain lainnya.
3). Young Master ( Kategori Usia 20 s/d 45 thn ) yaitu : Pardoly Fadli dll.
Lukisan JP Laa Manroe kali ini menggambarkan seorang wanita muda yang energik, elegant dengan sukacita namun dalam pandangan matanya dia memandang sesuatu dengan fokus, penuh perhatian namun selalu dalam kehati hatian.
Lukisan JP Laa Manroe ini sangat indah, terasa hidup dan nyata dengan memakai teknik realisme dengan sentuhan character dan ciri khas nya yang bagus sekali kemudian di padu permainan warna warna yang sangat soft namun terasa menyatu dalam goresan lukisannya ....benar benar sangat cemerlang serta terasa benar goresan di Level pelukis Master / Maestro sangat bermutu tinggi dan layak untuk di koleksi para kolektor sejati.
Ada beberapa Kategori master (pelukis terkenal ) di dunia yg juga berlaku di Indonesia yaitu Old Master Painter, Master dan Young Master Painter , kategori berdasarkan pemetaan dari sisi usia.
JP Laa Manroe di era 80 sd 90 adalah pelukis muda yang cukup terkenal di samping seorang seniman, dia juga seorang aktifis muda pengagum Bung Karno dan mantan pimpinan ormas ormas beraliran Nasionalist ke Pemuda an di tahun 90 an.
Para kolektor di seluruh dunia termasuk di Indonesia biasanya memburu ( Hunting ) untuk membeli karya karya lukisan dari pelukis terkenal.
Kategori pelukis terkenal di bagi beberapa bagian antara lain :
1).Pelukis Old Master yg sdh meningal ataupun yg msh sdh meninggal atau pun yg msh hidup
Pelukis Old Master ( usia di atas 60 thn ) yg msh hidup al :
Arie Smith, Men Sagan, B Rosar, Joko Pekik, Srihadi, Adam Lay,Kartika Affandi, Mas Tot, Ippe Mar"uf, Moses Misdy, Srihady, Maria Tjui, Agus Kemas, Yusuf Hasim, Wayan Pengsong, Nyoman Goenarsa, dll, mungkin pelukis Old Master yg masih hidup yang tersisa 25 orang saja, itupun usia mereka sdh tua bahkan Arie Smith sdh berusia 99 tahun.
2). Pelukis Master atau old master yg msh hidup ( usia 45 sd 60 thn ) yaitu : Hanafi atau Harlim, Made Djirna, Dede Erie Supria, JP Laa Manroe, Awiki, F Daru, Arifien Neif, Heri Dim, JB Iwan Sulistyo, Deki De Jong, Heri Dono, Erica, dan lain lainnya.
3). Young Master ( Kategori Usia 20 s/d 45 thn ) yaitu : Pardoly Fadli dll.
Lukisan JP Laa Manroe kali ini menggambarkan seorang wanita muda yang energik, elegant dengan sukacita namun dalam pandangan matanya dia memandang sesuatu dengan fokus, penuh perhatian namun selalu dalam kehati hatian.
Lukisan JP Laa Manroe ini sangat indah, terasa hidup dan nyata dengan memakai teknik realisme dengan sentuhan character dan ciri khas nya yang bagus sekali kemudian di padu permainan warna warna yang sangat soft namun terasa menyatu dalam goresan lukisannya ....benar benar sangat cemerlang serta terasa benar goresan di Level pelukis Master / Maestro sangat bermutu tinggi dan layak untuk di koleksi para kolektor sejati.
Karya
karya JP Laa Manroe banyak di koleksi oleh berbagai kalangan dalam dan luar
negeri seperti Pejabat/ Tokoh2, kolektor Lukisan, Mahasiswa, pengamat seni, akademisi
dll.
JP Laa Manroe dapat melukis melukis dengan berbagai teknik spt Kubisme, realisme/naturalisme, impresionistme, surealisme dll, namun dia lebih fokus ke arah Post Kontemporer Kontemplatif dengan explorer yang tinggi dan akurat.
JP Laa Manroe dapat melukis melukis dengan berbagai teknik spt Kubisme, realisme/naturalisme, impresionistme, surealisme dll, namun dia lebih fokus ke arah Post Kontemporer Kontemplatif dengan explorer yang tinggi dan akurat.
Seperti yang sudah di jelaskan di atas dalam setiap
Lukisannya, terdapat ruang Philosophy yang mendalam dan JP Laa Manroe
sangat ahli memanfaatkan ruang dan dimensi, diagonal serta sangat
cemerlang sekali dalam memainkan kombinasi warna warna .
JP Laa Manroe mempunyai teknik, ciri dan charakter lukisan yang tidak di miliki pelukis lain.
Harga Karya JP Laa Manroe saat ini bervariasi tergantung ukuran besar kecilnya media nya spt ukuran kanvas nya, kertas, dan juga tergantung object nya dan terkadang juga tergantung moment moment nya, namun biasanya harga karya nya antara Rp.3,5 jt,- sd Rp.250 jt,- walaupun beberapa kali sering terjual di angka Rp. 150 Jt,-.dan di angka Rp 200 juta rupiah,-.
Penghargaan / award senirupa pernah di perolehnya dari dalam dan Luar Negeri.
Exhibition : Solo exhibition in 2005 by Marhaenis Forum Group, Jakarta.
Solo exhibition in 2006 Jakarta, by IEBI with Inaguration
contact :celotehselordeh@gmail.com
" Music can change the World " ( on Paper ), Painter : JP Laa Manroe, title, size 40 x 30 cm, Rp. 3.500.000,-
JP Laa Manroe adalah pelukis yang mempunyai teknik lukis yg bagus sekali dan unik ( Master ).
Lukisannya kali ini menggambarkan bahwa music yang di mainkan dengan cemerlang dan brilliant dgn berbagai aspek didalammya nya dapat mengubah pikiran, jiwa, character bahkan dapat mengubah dunia.
Lukisannya kali ini menggambarkan bahwa music yang di mainkan dengan cemerlang dan brilliant dgn berbagai aspek didalammya nya dapat mengubah pikiran, jiwa, character bahkan dapat mengubah dunia.
Karya
karya JP Laa Manroe banyak di koleksi oleh berbagai kalangan dalam dan luar
negeri seperti Pejabat/ Tokoh2, kolektor Lukisan, Mahasiswa, pengamat seni, akademisi
dll
JP Laa Manroe dapat
melukis melukis dengan berbagai teknik spt Kubisme,
realisme/naturalisme, impresionistme, surealisme dll, namun dia lebih
fokus ke arah Post Kontemporer Kontemplatif dengan explorer yang tinggi
dan akurat.
Dalam setiap
Lukisannya, terdapat ruang Philosophy yang mendalam dan JP Laa Manroe
sangat ahli memanfaatkan ruang dan dimensi, diagonal serta sangat
cemerlang sekali dalam memainkan kombinasi warna warna namun kali ini dia melukis di atas kertas dengan gaya hitam putih yang murni.
JP Laa Manroe mempunyai teknik, ciri dan charakter lukisan yang tidak di miliki pelukis lain.
Tandatangan
dalam karya lukisannya sering dia membubuhkan nama JP Laa Manroe atau Jodek Company, Jodeks Company, ataupun
Jodex Company atau Jong Patria Laa Manroe.
Kami mencari informasi ttg JP LAA MANROE, namun dari informasi yg di dapat dari rekan rekan seniman bahwa saat ini dia sdh Jarang MELUKIS, padahal di sekitar tahun 85 atau tahun 95 an, dia adalah salah satu pelukis muda yg cukup punya nama dengan ide ide briliant yg tertuang di atas kanvas, di era tahun 85 atau 95 masih sangat jarang para pelukis membuat lukisan Kontemporer karena takut tidak laku alias tidak bisa di jual namun JP Laa Manroe berani melawan arus dgn melukis dengan teknik atau gaya kontemporer dan dia melakukannya dgn sangat baik, dan aliran atau gayanya di sebut kontemporer kontemplatif. Oleh karena keberaniannya, keunikan, keanehan dan terobosan serta teknik lukisannya yang sangat bagus sekali di era tahun 85 sd 95 an, karya Karya nya banyak di sukai dan di buru berbagai kalangan dalam dan luar negeri, namun karena dia juga pengagum berat Bung Karno, juga mempunyai kegiatan bidang lain dan juga dia seorang aktifis aliran nasionalist membuat dia jarang melukis, itu sebabnya saat ini agak sulit mendapatkan lukisan karya karya nya.
Harga Karya JP Laa Manroe saat ini bervariasi tergantung ukuran besar kecilnya media nya spt ukuran kanvas nya, kertas, dan juga tergantung object nya dan terkadang juga tergantung moment moment nya, namun biasanya harga karya nya antara Rp.3,5 jt,- sd Rp.100 jt,-namun bisa juga di atas harga itu, semuanya " relatif " tergantung banyak hal yg membuat harga lukisan menjadi lebih tinggi harganya.
Penghargaan yang pernah di raih JP Laa Manroe, antara lain :
-Penghargaan dari IEBI Tilburg-Netherlands tahun 2001
- Pelukis Terbaik ( Best Painter ) pilihan pembaca dari DPN AWDI (Dewan Pertimbangan Nasional Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia ) thn 2003.
- Dan Penghargaan lainnya.
contact :celotehselordeh@gmail.com
Kami mencari informasi ttg JP LAA MANROE, namun dari informasi yg di dapat dari rekan rekan seniman bahwa saat ini dia sdh Jarang MELUKIS, padahal di sekitar tahun 85 atau tahun 95 an, dia adalah salah satu pelukis muda yg cukup punya nama dengan ide ide briliant yg tertuang di atas kanvas, di era tahun 85 atau 95 masih sangat jarang para pelukis membuat lukisan Kontemporer karena takut tidak laku alias tidak bisa di jual namun JP Laa Manroe berani melawan arus dgn melukis dengan teknik atau gaya kontemporer dan dia melakukannya dgn sangat baik, dan aliran atau gayanya di sebut kontemporer kontemplatif. Oleh karena keberaniannya, keunikan, keanehan dan terobosan serta teknik lukisannya yang sangat bagus sekali di era tahun 85 sd 95 an, karya Karya nya banyak di sukai dan di buru berbagai kalangan dalam dan luar negeri, namun karena dia juga pengagum berat Bung Karno, juga mempunyai kegiatan bidang lain dan juga dia seorang aktifis aliran nasionalist membuat dia jarang melukis, itu sebabnya saat ini agak sulit mendapatkan lukisan karya karya nya.
Harga Karya JP Laa Manroe saat ini bervariasi tergantung ukuran besar kecilnya media nya spt ukuran kanvas nya, kertas, dan juga tergantung object nya dan terkadang juga tergantung moment moment nya, namun biasanya harga karya nya antara Rp.3,5 jt,- sd Rp.100 jt,-namun bisa juga di atas harga itu, semuanya " relatif " tergantung banyak hal yg membuat harga lukisan menjadi lebih tinggi harganya.
Penghargaan yang pernah di raih JP Laa Manroe, antara lain :
-Penghargaan dari IEBI Tilburg-Netherlands tahun 2001
- Pelukis Terbaik ( Best Painter ) pilihan pembaca dari DPN AWDI (Dewan Pertimbangan Nasional Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia ) thn 2003.
- Dan Penghargaan lainnya.
contact :celotehselordeh@gmail.com
Rabu, 07 Agustus 2013
Title: The Holy Salvation (Part 3), Water color on paper, Size 30 x 40 cm, Artist/ Painter : JP Laa Manroe, Price : Rp.3.500.000,-
JP Laa Manroe adalah pelukis yang mempunyai teknik lukis yang sangat bagus sekali, unik dan eksentrik ( teknik Master / Maestro )
Karya karya nya banyak di koleksi oleh berbagai kalangan dalam dan luar negeri seperti Pejabat/ Tokoh2, kolektor Lukisan, Mahasiswa, akademisi dll
JP Laa Manroe dapat melukis dengan berbagai teknik spt Kubisme, realisme/naturalisme, impresionistme, surealisme dll, namun dia lebih fokus ke arah Post Kontemporer Kontemplatif dengan explorer yang tinggi dan akurat.
Dalam setiap Lukisannya, terdapat ruang Philosophy yang mendalam dan JP Laa Manroe sangat ahli memanfaatkan ruang dan dimensi, diagonal serta sangat cemerlang sekali dalam memainkan kombinasi warna warna, dia seorang pelukis jenius.
JP Laa Manroe mempunyai teknik, ciri dan charakter lukisan yang tidak di miliki pelukis lain.
Para kolektor di seluruh dunia termasuk di Indonesia biasanya memburu ( Hunting ) untuk membeli karya karya lukisan dari pelukis terkenal.
Kategori pelukis terkenal di bagi beberapa bagian antara lain :
1.Pelukis Old Master yg sdh meningal ataupun yg msh sdh meninggal atau pun yg msh hidup
Pelukis Old Master ( usia di atas 60 thn ) yg msh hidup al :
Arie Smith, Men Sagan, B Rosar, Joko Pekik, Srihadi, Adam Lay,Kartika Affandi, Mas Tot, Ippe Mar"uf, Moses Misdy, Srihady, Maria Tjui, Yusuf Hasim, Wayan Pengsong, Nyoman Goenarsa, dll, mungkin pelukis Old Master yg masih hidup yang tersisa 25 orang saja, itupun usia mereka sdh tua bahkan Arie Smith sdh berusia 99 tahun.
2. Pelukis Master yg msh hidup ( usia 45 sd 60 thn ) yaitu : Hanafi atau Harlim, Dede Erie Supria, JP Laa Manroe, Arifien Neif, Heri Dim, JB Iwan Sulistyo, Deki De Jong, Heri Dono, Erica dan lain lainnya.
3. Young Master ( Kategori Usia 20 s/d 45 thn ) yaitu : Pardoly Fadli dl
Dalam lukisan kali ini dia menggambarkan penderitaan Yesus Kristus dengan darah bercucuran, di salibkan oleh kaumnya sendiri di bantu dengan kekuatan Tentara Romawi / Penguasa saat itu, dalam lukisan ini seperti terdengar suara " salibkan", salib kan , salib kan dia, akhirnya Yesus Kristus memang di salibkan , namun seperti yang sudah di nubuatkan dalam perjanjian lama bahwa Yesus Kristus akan datang ke dunia dan akan di salibkan untuk menebus dosa dosa manusia, jadi Dia rela berkorban untuk menebus dosa dosa manusia agar manusia di selamatkan. Dia tidak dendam sewaktu di salibkan, tetap mengampuni dan Dia berharap agar seluruh umat manusia bertobat dan di ampuni dosa dosa nya.
Dalam lukisan kali ini , JP Laa Manroe sangat sempurna menggoreskan garis vertikal, horizontal, lengkung, goresannya spontanitas juga di padu dgn memainkan teknik kubisme, expresionistme, surealisme dan teknik western post komplelatif kontemporer dan di lebur dengan teknik warna yang sangat jenius sehingga perpaduan semua nya menghasilkan karya yang luar biasa bagus nya ( Masterpiece ) ...ini benar benar lukisan sentuhan seorang pelukis jenius.
Harga Karya JP Laa Manroe saat ini bervariasi tergantung ukuran besar kecilnya media nya spt ukuran kanvas nya, kertas, dan juga tergantung object nya dan terkadang juga tergantung moment moment nya, namun biasanya harga karya nya antara Rp.3,5 jt,- sd Rp.100 jt,-, namun beberapa kali karya nya sering terjual di atas Rp.100 jt,-
Penghargaan yang pernah di raih JP Laa Manroe, antara lain :
- Penghargaan dari IEBI Tilburg-Netherlands tahun 2001
- Pelukis Terbaik ( Best Painter ) pilihan pembaca dari DPN AWDI (Dewan Pertimbangan Nasional Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia ) thn 2003.
- Dan Penghargaan lainnya.
Contact: celotehselordeh@gmail.com
curator : Fredrick Nierhoff
curator : Fredrick Nierhoff
Selasa, 06 Agustus 2013
B Bridge Van Deehk ( B B van Deehk / Bens Bridge Van Beehk),Title: Bali Island,size 50 cm x 41 cm,Price : Rp.15.000.000,-
Nama Lengkapnya Bens Bridge Van Deehk namun dia sering menandatangi di setiap lukisannya dengan nama BB Van Deehk ataupun B Bridge Van deehk atau Bens Brigde Van Deehk.
Ketertarikannya dengan Hindia Belanda (Indonesia ) membuat dia datang kesini seperti pelukis pelukis asing lainnya yang juga datang ke Indonesia. Memang banyak pelukis pelukis asing yang datang ke Indonesia dan menetap di Indonesia sampai akhir hayatnya namun ada juga yang sekedar datang menikmati keindahan Indonesia kemudian pergi lagi keliling dunia. Bens Van Deek tidaklah terlalu lama di Indonesia.
BB van Deehk ( B Bridge Van Deehk ) mempunyai teknik lukis yang bagus sekali, dia
melukis dengan
Sebagai Pelukis dia menguasai berbagai teknik seperti impressionist. realist,
naturalist ataupun surealist namun dia lebih sering / fokus memakai gaya
impresionist ataupun realist / naturalist.
Lukisan Karya BB Van Deehk banyak di koleksi berbagai kalangan, tokoh,pejabat kolektor dalam dan luar negeri , perlu di ketahui sekarang ini lukisan karyanya cukup langka utk di dapat.
Pada waktu B Bridge Van Deehk datang ke Indonesia,dia sempat berhubungan dan berkomunikasi dengan pelukis pelukis pelukis pada waktu itu antara lain Soeboer Dullah, Wakidi, Nashar, Dullah, Saiman DH, Trubus, Hendra Gunawan, Ida Bagus Made, I Gusti Ketut Kobot, anak Agung Gede Sobrat, Liem Siaw Chiang, I Nyoman Lempad, M Tamdjidin ( M Tamdjid) , Barli, Widayat, Gambir Anom, Djayeng Asmara ( Djayeng Asmoro ),Otto Djaya, Roediyat, G A Kadir, Hasim, Henk Ngantung dll,
Dengan pelukis pelukis asing yang pernah keIndonesiapun dia juga berkenalan spt dengan Jan Frank, M Paul Van Hove, H Van Velthusyen, Lee Mayeur, Van Der Doest, Kedzu de Britoz, D Van Russel, Ernest Dezentje, Joe Bel Van Dezk, Antonio Blanco, Stuart Weny ( S. Weny ), Rudolf Bonnet dll.
brian z mc brown, 1915-1995, title : " Majapahit War" size 120 cm x 90 cm,price Rp 35 jt ( sold out / terjual)
Karena Brian Z MC Brown menyukai sejarah, kadang 2 lukisannya berhubungan dgn sejarah dan lukisannya kali ini bercerita ttg perang majapahit yg di pimpin oleh patih gajah mada.
Brian Z MC Brown Old master yg pernah berkunjung ke Bali dan jawa tengah, pada dasar nya dia seorang ahli sketsa yg sangat pakar, namun ketika dia mencoba melukis di atas canvas pd usia 17 tahun ternyata lukisannya sangat bagus sebagus dia melukis di atas kertas oleh sebab itu dia terus melukis di atas kanvas namun juga melukis sketsa di atas kertas.
Pada usia msh relatif muda ( usia 19 thn ) , brian z mc brown pernah datang ke pulau bali, jawa dan seterusnya ke batavia setelah itu dia melanglang buana ke belanda, perancis dll.
karya karya nya banyak di koleksi oleh para pejabat penting dan para kolektor internasional.
Brian Z Mc Brown konon pernah belajar dari dosen dosen senirupa jebolan Academie de La Grande Chaumiere bahkan karya nya banyak yg lebih mahal dari karya karya guru nya.
Brian Z MC Brown Old master yg pernah berkunjung ke Bali dan jawa tengah, pada dasar nya dia seorang ahli sketsa yg sangat pakar, namun ketika dia mencoba melukis di atas canvas pd usia 17 tahun ternyata lukisannya sangat bagus sebagus dia melukis di atas kertas oleh sebab itu dia terus melukis di atas kanvas namun juga melukis sketsa di atas kertas.
Pada usia msh relatif muda ( usia 19 thn ) , brian z mc brown pernah datang ke pulau bali, jawa dan seterusnya ke batavia setelah itu dia melanglang buana ke belanda, perancis dll.
karya karya nya banyak di koleksi oleh para pejabat penting dan para kolektor internasional.
Brian Z Mc Brown konon pernah belajar dari dosen dosen senirupa jebolan Academie de La Grande Chaumiere bahkan karya nya banyak yg lebih mahal dari karya karya guru nya.
soeboer doellah ( subur dullah ) pelukis senior Indonesia / old master, Size : 115 x 87, object : pemandangan , Harga Rp. 20.000.000,-
Lama menetap di Pulau Bali membuat SOEBOER DOELLAH sering melukis object object tentang Bali, gaya lukisannya yang naturalist membuat karya karyanya banyak di sukai para tokoh / pejabat , kolektor juga masyarakat awam.
contact :
celotehselordeh@gmail.com
( Alm ) Soeboer Doellah juga tercatat sebagai penggerak dan pelopor lukisan Naturalisme di Indonesia bersama sama Basuki Abdullah.Sedangkan pendahulunya adalah Raden Saleh, Abdullah SR, Wakidi dll.
SEBAGAI
SALAH SEORANG LEGENDA DI INDONESIA, Seoeboer Doellah MALANG
MELINTANG DI DUNIA SENI RUPA BAIK DI DALAM MAUPUN DI LUAR NEGERI.
Karya karya nya tembus di hampir semua perdagangan Lelang Lukisan seperti Larasati, Master Piece, Sidharta, Borobudur dll.
contact :
celotehselordeh@gmail.com
Pelukis : F Daru, title : Biola, size 29 x42 cm, tinta china di atas kertas, Rp.2.500.000,-
Lukisan karya F. Daru ( Fransiskus Daru ) sangat luar biasa bagus nya.
Lukisan ini adalah object sebuah Biola dengan teknik Kubisme Kontemplatif yang berbeda dengan kubisme ala Picasso atau Braque.
F.Daru sangat ahli melukis dengan berbagai teknik lukisan seperti kubisme, surealisme, realisme/natulasime, impresionistme dll, namun dia lebih banyak dan fokus kearah Kubisme Kontemplatif.
Karya karya nya banyak di koleksi oleh tokoh tokoh/pejabat 2, kolektor 2, pengamat seni dalam dan luar negeri.
karya karya nya dengan teknik Kubisme Kontemplatif pernah di bahas di universitas Sorbonne Perancis.
Pelukis F Daru, Title : Woman, size 22 x 33 cm, diatas kertas, Rp.2.500.000,-
Lukisan karya F. Daru ( Fransiskus Daru ) sangat luar biasa bagus nya.
Lukisan ini adalah object seorang Wanita dengan teknik Realist memakai cat cair dan tinta china .
F.Daru
sangat ahli melukis dengan berbagai teknik lukisan seperti kubisme,
surealisme, realisme/natulasime, impresionistme dll, namun dia lebih
banyak dan fokus kearah Kubisme Kontemplatif.
Karya karya nya banyak di koleksi oleh tokoh tokoh/pejabat 2, kolektor 2, pengamat 2 seni dalam dan luar negeri.
F Daru Cukup lama tinggal di bali, selama di bali dan di pulau Jawa. Walaupun dia mempunyai teknik lukis yang sangat bagus sekali dan sdh masuk dalam jajaran kelas Master namun F Daru tidaklah sombong dan dia type yang Low Profile.
F Daru sering berdiskusi, bertukar pikiran dengan sahabat sahabatnya yang juga para pelukis pelukis terkenal spt Antonio Blanco, Roediyat, Hendra Gunawan, Andrew Jack, JP Laa Manroe, Dullah, BB Van Deehk, Soeboer Doellah, Qedzu de Britoz, Momon, dll .
Pelukis : Momon ( Old Master ), anak kecil msikin namun sukacita,diatas kertas keras, size 56 x 38 cm, Rp.3.500.000,-
( alm) Momon adalah pelukis yang mempunyai teknik lukis sangatlah bagus sekali, dia melukis dengan cepat dan lepas dengan spontanitas yang tinggi dan akurat, para pengamat seni rupa menyatakan bahwa karya Momon masuk jajaran Master.
Karya karya nya di koleksi oleh kolektor kolektor papan atas dalam dan luar negeri.
Momon lama menetap di Bali.
Lukisan Momon kali ini menggambarkan anak kecil yang miskin namun tetap bersuka cita dengan senyum yang menunjukan bahwa dia tidak mempunyai beban apa apa dan tetap pasrah pada Tuhan,
Goresan Momon kali ini terlihat spontanis dan sangat luar biasa akurat dan fokus sehingga terlihat dari setiap sudut bahwa lukisan ini hidup dan indah sekali, benar benar momon seorang pelukis tingkat Master yang mampu menyuguhkan realita kehidupan dalam bentuk lukisan.
Lukisan Momon kali ini menggambarkan anak kecil yang miskin namun tetap bersuka cita dengan senyum yang menunjukan bahwa dia tidak mempunyai beban apa apa dan tetap pasrah pada Tuhan,
Goresan Momon kali ini terlihat spontanis dan sangat luar biasa akurat dan fokus sehingga terlihat dari setiap sudut bahwa lukisan ini hidup dan indah sekali, benar benar momon seorang pelukis tingkat Master yang mampu menyuguhkan realita kehidupan dalam bentuk lukisan.
Persahabatan Momon dengan pelukis pelukis terkenal lainnya juga cukup terbina dengan baik.
Karya karya Momon tembus hampir di semua balai lelang Lukisan dalam dan luar negeri.
Saat ini lukisan karya Momon adalah salah satu karya lukisan yang wajib di koleksi oleh para kolektor.
Saat ini lukisan karya Momon adalah salah satu karya lukisan yang wajib di koleksi oleh para kolektor.
Contact : celotehselordeh@gmail.com
Senin, 05 Agustus 2013
Pelukis Momon ( Old Master ), Title : Pura Bali, size 60 x40 cm, di atas kertas keras, Rp. 3.500.000,-
( alm) Momon adalah pelukis yang
mempunyai teknik lukis sangatlah bagus sekali, dia melukis dengan cepat
dan lepas dengan spontanitas yang tinggi dan akurat, para pengamat seni
rupa menyatakan bahwa karya Momon masuk jajaran Master.
Karya karya nya di koleksi oleh kolektor kolektor papan atas dalam dan luar negeri.
Momon lama menetap di Bali.
Sewaktu hidupnya persahabatan Momon dengan pelukis pelukis terkenal lainnya juga cukup terbina dengan baik seperti dengan F Daru, Toto K, qedzu de britoz, Soeboer Doellah, Hendra Gunawan, Antonio Blanco, BB Van Deehk, Affandi, S Sudjojono, Moses Misdy, JP Laa Manroe dll.
Karya karya Momon tembus hampir di semua balai lelang Lukisan dalam dan luar negeri.
Saat ini lukisan karya Momon adalah salah satu karya lukisan yang wajib di koleksi oleh para kolektor.
Saat ini lukisan karya Momon adalah salah satu karya lukisan yang wajib di koleksi oleh para kolektor.
Walter Spies ( 1895-1942) , size 28 x 41 cm Rp.20.000.000,-
Walter Spies, Pelukis Maestro yang sudah masuk dalam kelas pelukis pelukis Dunia. Karyanya di buru oleh para kolektor kolektor papan atas dunia.
Untuk Lukisan cat minyak di atas Kanvas harganya bisa mencapai ratusan sampai Milyaran rupiah, oleh sebab itu untuk kolektor kolektor menengah ke bawah biasanya mencari karya karya pelukis terkenal yang di lukis di atas kertas agar harga nya tidak terlalu mahal dan bisa terjangkau.
WALTER SPIES
Walter Spies (15 September 1895 – 19 January 1942) was a Russian-born German primitivist painter. In 1923 he came to Java, living first in Yogyakarta and then in Ubud, Bali
starting in 1927. He is often credited with attracting the attention of
Western cultural figures to Balinese culture and art in the 1930s and
he influenced the direction of Balinese art and drama.
In 1937, Spies built what he described as a "mountain hut" at Iseh in Karangasem.
Adored by the Balinese, Spies was the co-founder of the Pita Maha
artists cooperative, through which he shaped the development of modern
Balinese art and established the Westerner's image of Bali that still
exists today.
After living for nine years at the confluence of two rivers in Campuan(Ubud),
Spies grew weary of his increasingly hectic social life, and retired to
the tranquil mountain retreat that was to become the setting of some of
his most beautiful and atmospheric paintings, including "Iseh im
Morgenlicht 1938" Despite his desire to escape from a constant stream of
visitors, Spies still used to receive guests at Iseh, including the
musician Colin McPhee and his wife, anthropologist Jane Belo, the Swiss artist Theo Meier and the Austrian novelist Vicki Baum.
Vicki Baum accredits Walter Spies with providing her the factual
historical information and details on Balinese culture for her
historical fiction novel "Love and Death in Bali" - dealing with the Dutch intervention in Bali (1906), and first published in German in 1937.
In December 1938, Spies was arrested as part of a crackdown on homosexuals. With the influence of people such as Margaret Mead, he was released in September 1939.
As a German national in the Dutch East Indies during World War II, Spies was arrested and deported. However, a Japanese bomb hit the ship that was carrying him to Ceylon,
and because the crew were reluctant to evacuate the Germans without a
corresponding order, most of the prisoners on the ship, including Spies,
drowned.
Popo Iskandar, title : Kucing size 50 x 40 , Price Rp.20.000.000,- )/ ( Sold/ Terjual )
Popo Iskandar adalah salah satu Maesro Pelukis Indonesia yang karya karyanya di buru oleh setiap yang mengaku dirinya seorang " Kolektor " , bahkan karya karya nya di kolesi oleh berbagai Museum dalam dan luar negeri.
POPO ISKANDAR ( di kutip dari : tamanismailmarzuki.com)
POPO ISKANDAR ( di kutip dari : tamanismailmarzuki.com)
Popo
iskandar termasuk sederetan pelukis terkemuka yang setia pada kodratnya
bekerja untuk melahirkan karya-karya seni lukis. Ia berpameran retrospektif
di ruang pameran TIM pada tanggal 26 September s/d 1 Oktober ’1978.
Pameran
ini merupakan suatu pertanggung-jawaban sang pelukis terhadap usahanya selama
ini, selama 35 tahun, semacam berhenti sejenak sambil menengok dari masa
panjang yang telah dilalui. Pameran ini menghidangkan karya-karyanya sejak
tahun 1949 hingga tahun 1978, sejumlah 45 buah lukisan dan 30 sketsa, yang
masih disimpan (sempat diselamatkan) atau yang dipinjam dari berbagai lembaga
dan perorangan.
Penampilan
semacam ini, senada dengan Pameran Affandi, tahun 1974 di tempat yang sama.
Dalam pengantar pertanggung-jawaban itu Popo Iskandar menyatakan, “Ada
dikatakan orang, bahwa seorang seniman seakan meraih dalam kegelapan. Seni
adalah hasil pertumbuhan di mana si seniman sendiri tidak mengetahui sejak
awal bagaimana hasil akhir karyanya. Akan tetapi justru karena seni adalah
perkembangan, bukanlah dalam usahanya untuk mengenal dirinya sendiri secara
menyeluruh ada baiknya untuk mengenal wajah -wajah dirinya di masa-masa yang
lampau”.”
Seluruh uraian itu berusaha hendak menjelaskan tentang
posisinya dan kesadarannya sebagai seniman pelukis. Sejak penghayatannya
terhadap kehidupan menelusuri lorong, pasar dan pelosok kota Bandung
bersama Hendra, Angkama, Abas Alibasyah untuk menangkap kehidupan dan gerak
kehidupan sehari-hari dalam tuangan seni lukisnya. Menurut Popo Iskandar,
seluruh proses kesenian berarti mata rantai dari keberhasilan dan
kegagalan. Semacam melihat grafik kegiatan. Kegagalan demi kegagalan
dirasakan akan menjadi perangsang penciptaan yang akan datang.
|
Sudarmaji
dalam buku Seni Lukis Jakarta Dalam
Sorotan (Pemerintah DKI Jakarta, 1974) menulis, Lukisan Popo mutakhir
menunjukkan esensifnya menggarap fenomena. Sudah itu makin suka menjelajahi image subyektifnya. Pada tahun 1968
Popo masih lebih terikat pada wujud obyeknya. Komposisinya mantap,
warna-warnanya lembut sekitar putih dan kelabu atau warna-warna intermediate pada umumnya. Sebuah
lukisannya Bambu berwujud goresan putih yang melengkung-lengkung di atas
kanvas putih. Dalam hal putih diatas putih ini tentu dengan mudah orang ingat
akan putihnya Malevich meskipun wujudnya amat berbeda. Pada periode 1972
dapat dilihat adanya usaha penampilan goresan yang tidak konsekuen. Disatu
tempat muncul sapuan lembut, sedangkan di bagian lain ia tarik sapuan kasar.
Dalam
buku Sanento Yuliman Cs. Seni Lukis
Indonesia Baru Sebuah Pengantar
(Dewan Kesenian Jakarta 1976), Popo Iskandar bersama Oesman Effendi, G.
Sidharta, Fajar Sidik, Srihadi, But Muchtar ditempatkan pada periode
peralihan, karena kecenderungannya kepada abstarksi, mereka masuk dalam masa
Menuju Seni Lukis Abstrak 1955-1960, Bagian dari kecenderungan masa ketiga,
dalam sejarah Seni Lukis Indonesia.
Mungkin
sejalan dengan penglihatan Sudarmaji diatas dan sehubungan dengan banyaknya
lukisan untuk cover buku (PT. Dunia
Pustaka Jaya), terasa adanya kecenderungan goresan yang tegas, warna yang
menyolok (warna primer), kontras yang tajam dan tegang. Disamping beberapa
lukisan seperti hasil lukisan proyek Pertamina”dulu, dan beberapa lukisannya
yang menunjukkan keterbatasan warna (hitam-putih), hitam saja dan sapuan
lembut maupun tiba-tiba tegas. Tentang ini Popo mengatakan, “Pada sampul buku
(cover) mengingat fungsinya, sekaligus harus menarik perhatian (mengolah
warna primer). Sedangkan pada lukisan saya tidak memerlukan agitasi. Kadang
bila perlu menggunakan warna yang menyolok (hitam putih periode 1976). Sebab
dalam periode ekspresionisme memerlukan kelangsungan”.
Popo menamakan dirinya dalam periode ekspresionisme. Ia
mengatakan bahwa dalam banyak hal sejalan dengan ekspiresionisme Affandi.
Hanya bedanya, Affandi lebih suka harmoni (keseimbangan). Bedanya lagi
Affandi lebih suka kelangsungan. Saya lebih suka pengendapan. Ia tegaskan,
kelangsungan itu harus diendapkan, sehingga lahir ide-ide. Sebelum melukis
saya membuat persiapan ide lewat sketsa. Sehubungan dengan penilaian
Sanento Yuliman yang mengkatagorikan Popo dalam tahap peralihan ke
abstraksi tadi, Popo lebih menyadari dirinya sebagai pelukis cenderung ke
arah ekspresionisme (Kucing, Ayam Jago dan lain-lain).
|
Popo
juga pernah melewati periode lukisan laut, jala-jala, yang lebih menunjukkan
atau menemukan ritme. Sedangkan pada kucing (ekspresionistis) ia membedakan
dengan kucing sajak Sutardji Calzoum Bachri. Oleh karena itu, menurut Popo,
tiap seniman harus bisa mengatasi kungkungan media (materi/bahan) tidak
menggantungkan warna tertentu. Pada akhirnya harus menguasai seluruh media,
tidak menjadi budak media. Demikianlah Popo lebih memberikan penerangan pada
kita tentang kecenderungannya yang sekarang menggunakan warna terbatas
(hitam-putih, hitam, hitam-kuning dll). Yang sangat nampak dalam lukisan
mutakhir. Umpamanya Jago, Kucing dan Bulan, Kucing. Dimana warna hitam sangat
dominan.
Popo
Iskandar Belajar melukis sejak jaman Jepang. Lulusan ITB (1958). Anggota
Akademi Jakarta ini banyak berminat pada sastra dan seni pada umumnya. Dia
juga menulis buku Affandi Suatu Jalan
Baru Dalam Ekspresionisme (peringatan 70 tahun Affandi, Penerbitan
Akademi Jakarta,1977). Disamping tulisan kritik seni, sastra, lukis dan lain
– lain di berbagai harian dan majalah sejak tahun 1958 s/d 1987. Pada tahun
1944, karyanya terpilih untuk pameran keliling bersama pelukis-pelukis senior
seperti Affandi, S. Sudjojono, Basoeki Abdullah, Hendra Gunawan dll
dikota-kota besar Indonesia. Dia menerima kritik yang baik atas
karya-karyanya yang diperoleh antara lain dari Rio de Janeiro (1964), untuk
seni lukis, Tokyo dan Genoa (1978)) untuk karya grafis, Belanda (1985) untuk
seni lukis. Selain itu dia ditunjuk sebagai anggota juri untuk anugerah seni
RI (1969 s/d 1978) dan Biennale Dewan Kesenian Jakarta (1970 s/d 1984).
MF Lee ( Maestro ), Size 37 x 44, Flower, media: di atas kertas, ( Sold / terjual )
MF Lee atau yang di sebut Lee Manfong adalah Pelukis Maestro
Indonesia sekelas Affandi, S Sudjojono, , Antonio Blanco, M Paul Van
Hove, Lee Mayeur, Walter Spies, Isaacs Israel, Basuki Abdullah.
Karya karyanya di buru oleh semua kolektor papan atas di dalam dan luar negeri dan karya karyanya menjadi koleksi para kepala kepala negara di berbagai dunia termasuk di koleksi oleh Bung Karno.
Keterangan :lukisan pensil di atas kertas.
Kondisi lukisan MF Lee dengan pensil di atas kertas ini, kondisinya rusak, perlu perbaikan, dan kertas sedikit robek, dan terlipat lipat, gambar/object nya sedikit buram dan samar samar.
MF Lee ( Lee Man Fong )
In 1946, President Sukarno heard about him when he had his solo exhibition in Jakarta. Sukarno then knew that Man Fong was given a Malino scholarship from Van Mook, the Netherland lieutenant-governor general. In Europe, many of his exhibitions were successful. He briefly returned to Indonesia, and went back to hold exhibitions from Den Haag to Paris. In 1952 he returned to Jakarta. The visit from Sukarno and Basuki Abdullah, the official palace painter at that time, encouraged him to establish Yin Hua in 1955. Yin Hua was an organization of Chinese painters that had its office on Lokasari Street, Jakarta. Many art exhibitions were organised by Yin Hua. In 1956, Yin Hua was invited to hold exhibitions in China.
The relationship between Sukarno and Man Fong improved. His beautiful and perfect works matched with Sukarno's taste. For him, Man Fong's art was an escape from revolutionary spirit. Sukarno didn't have any particular theme preference in art. Only ten percent of all his collections had a nationalist theme. "A thing of beauty is a joy forever," was his remark about his taste on art. Therefore, when Basuki Abdullah suggested to him to appoint Man Fong as the next presidential painter, Sukarno agreed to it without hesitance.
Source: Kompas, June 1, 2001, an article by Agus Dermawan T.
Karya karyanya di buru oleh semua kolektor papan atas di dalam dan luar negeri dan karya karyanya menjadi koleksi para kepala kepala negara di berbagai dunia termasuk di koleksi oleh Bung Karno.
Keterangan :lukisan pensil di atas kertas.
Kondisi lukisan MF Lee dengan pensil di atas kertas ini, kondisinya rusak, perlu perbaikan, dan kertas sedikit robek, dan terlipat lipat, gambar/object nya sedikit buram dan samar samar.
MF Lee ( Lee Man Fong )
Lee Man Fong
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
Lee Man Fong (November 14, 1913 - April 3, 1988) was a painter born in Guangzhou, China. His father, a merchant with ten children, brought him to Singapore.
When his father died in 1930, Man Fong had to work hard to earn a
living for his mother and siblings using his skill in painting ads and
artwork. However, that was not enough for him. In 1932, he moved to Jakarta, Indonesia.
The tension between nationalist groups such as Persagi (Persatuan
Ahli-ahli Gambar Indonesia, or Association of Indonesian Draughtsmans)
and Indische-Holland kunstkring community stimulated him. In 1942, Man
Fong was jailed because of his opposition to Japanese colonialism in
Indonesia. After six months in jail, Takahashi Masao helped him gain
freedom. This Japanese officer was interested in his artistic potential.In 1946, President Sukarno heard about him when he had his solo exhibition in Jakarta. Sukarno then knew that Man Fong was given a Malino scholarship from Van Mook, the Netherland lieutenant-governor general. In Europe, many of his exhibitions were successful. He briefly returned to Indonesia, and went back to hold exhibitions from Den Haag to Paris. In 1952 he returned to Jakarta. The visit from Sukarno and Basuki Abdullah, the official palace painter at that time, encouraged him to establish Yin Hua in 1955. Yin Hua was an organization of Chinese painters that had its office on Lokasari Street, Jakarta. Many art exhibitions were organised by Yin Hua. In 1956, Yin Hua was invited to hold exhibitions in China.
The relationship between Sukarno and Man Fong improved. His beautiful and perfect works matched with Sukarno's taste. For him, Man Fong's art was an escape from revolutionary spirit. Sukarno didn't have any particular theme preference in art. Only ten percent of all his collections had a nationalist theme. "A thing of beauty is a joy forever," was his remark about his taste on art. Therefore, when Basuki Abdullah suggested to him to appoint Man Fong as the next presidential painter, Sukarno agreed to it without hesitance.
Source: Kompas, June 1, 2001, an article by Agus Dermawan T.
JP Laa Manroe, Title " I don"t like Sleeping" size 140 cm x 80 cm Rp. 60 jt,- ( enam puluh juta rupiah ), " Sold / terjual "
Tidak di ragukan lagi goresan J P Laa Manroe sangatlah ber character, punya ciri tersendiri dgn teknik yang tinggi serta akurat dalam memainkan ruang diagonal, dimensi, bentuk, kombinasi warna dan dia sangat lihai mengkombinasikan dengan teknik western kontemporer kontemplatif sehingga terasa benar benar hidup dan menujukan bahwa melukis bukan sekedar menggambar tp hrs bisa menimbulkan selerasan hati yg mempunyai makna visualisasi dan philosophy dlm perspektif seni rupa itu sendiri.
Lukisannya kali ini menggambarkan seseorang pekerja keras sampai lupa waktu dan bahkan dia lupa akan tidur, setiap harinya digunakan adalah utk berpikir dan bekerja keras, hal ini mengambarkan kehidupan bagaikan " mesin " yg sdh di remote oleh siuasi keadaan yg memaksa sesorang untuk bekerja keras memenuhi ambisi dan kebutuhan hidupnya sehingga dia membenci untuk "tidur ".
Menikmati karya lukisan JP Laa Manroe, kita benar benar terasa menikmati lukisan karya seorang master atau maestro .....luar biasa serta sangat bermutu tinggi dan layak untuk di koleksi para kolektor sejati.
Karya karya JP Laa Manroe banyak di koleksi oleh berbagai kalangan dalam dan luar negeri seperti Pejabat/ Tokoh2, kolektor
JP Laa Manroe dapat melukis melukis dengan berbagai teknik spt Kubisme, realisme/naturalisme, impresionistme, surealisme dll, namun dia lebih fokus dan memiliki gaya / style " Post Kontemporer Kontemplatif" dengan explorer yang tinggi dan akurat.
JP Laa Manroe mempunyai teknik, ciri dan charakter lukisan yang tidak di miliki pelukis lain.
Tandatangan
dalam karya lukisannya sering dia membubuhkan nama JP Laa Manroe atau Jodek Company, Jodeks Company, ataupun
Jodex Company atau Jong Patria Laa Manroe.
Harga Karya JP Laa Manroe saat ini bervariasi tergantung ukuran besar kecilnya media nya spt ukuran kanvas nya, kertas, dan juga tergantung object nya dan terkadang juga tergantung moment moment nya, namun biasanya harga karya nya di pajang dengan harga antara Rp.3,5 jt,- sd Rp.250 jt,- ( dua ratus lima puluh juta rupiah ) tp mungkin juga bisa lebih di atas harga itu.
Penghargaan / Award Senirupa pernah di perolehnya baik dari dalam dan luar negeri.
contact :celotehselordeh@gmail.com
Kurator : Steve Van Der Mheceline
Harga Karya JP Laa Manroe saat ini bervariasi tergantung ukuran besar kecilnya media nya spt ukuran kanvas nya, kertas, dan juga tergantung object nya dan terkadang juga tergantung moment moment nya, namun biasanya harga karya nya di pajang dengan harga antara Rp.3,5 jt,- sd Rp.250 jt,- ( dua ratus lima puluh juta rupiah ) tp mungkin juga bisa lebih di atas harga itu.
Penghargaan / Award Senirupa pernah di perolehnya baik dari dalam dan luar negeri.
contact :celotehselordeh@gmail.com
Kurator : Steve Van Der Mheceline
Langganan:
Postingan (Atom)